Jumat, 07 Agustus 2015

Tumbuh Kembang


TUMBUH KEMBANG
A.    Hakikat Perkembangan
Istilah “Perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Untuk dapat memahami konsep perkembangan, perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep lain yang terkandung didalamnya diantaranya: pertumbuhan, kematangan, dan perubahan.
B.     Perkembangan (development)
Menurut Caplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai : (1) Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2) Pertumbuhan, (3) Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah kedalam bagian-bagian fungsional , (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “Perkembangan secara luas menunjukan pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam isitilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.”
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa definisi tersebut adalah bahwa perkembangan tidak terbatas pada pergertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, kematangan, dan belajar.
C.    Pertumbuhan (growth)
Menurut Caplin (2002) mengartikan pertumbuhan sebagai : satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh dari organisme sebagai suatu keseluruhan.
Menurut A.E. Sinolungan (1997), pertumbuhan menunjukan pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh.
Sedangkan Ahmad Tonthowi (1993) mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru, dsb.
Dengan demikian, istilah “Pertumbuhan” lebih cenderung merujuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhannya. Sedangkan istilah “perkembangan” lebih merujuk pada keamjuan mental atau perkembangan rohani tidak terhambat walaupun keadaan jasmani sudah sampai pada puncak pertumbuhannya.

D.    Kematangan (maturation)
Istilah “kematangan” , yang dalam bahasa inggris disebut maturation, sering dilawan imaturation yang artinya tidak matang.
Menurut Caplin (2002) mengartikan kematangan (matuartion) sebagai : (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan atau usia masa, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun).
Sementara itu, Davidoff, menggunakan istilah kematangan untuk merujuk pada munculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan saraf.
Jadi kematangan itu sebenarnya merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannnya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Meskipun demikian, kematangan tdiak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau bawaann, karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu.

E.     Perubahan (change)
Perkembangan mengandung perubahan, tapi bukan berarti setiap perubahan bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana dia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri atau yang biasanya disebut “akulturasi diri” merupakan fase yang sangat penting. Realisasi diri memainkan peranan penting dalam kesehatan jiwa seseorang.
F.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Adalah sebagi berikut :
1.      Faktor Dalam (Internal)
-          Ras/etnik atau bangsa : Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memilki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
-          Keluarga: Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
-          Umur : Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
-           Jenis kelamin : fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki.. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
-          Genetik : adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
-          Kelainan kromosom : Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhanseperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
2. Faktor Luar (Eksternal)
Faktor prenatal :
-          Gizi : Nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemester akhir kehamilan akan mempengaruhipertumbuhan janin.
-          Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital seperti club foot.
-          Toksi/zat kimia :beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan kongenital.
-          Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat kelainan pada janin seperti deformitas anggota gerak.
-          Infeksi : Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH dapat menyebabkan kalainan pada janin, katarak, bisu tuli, retasdasi mental dam kelainan jantung.
-          Kelainan imunologi : Adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu , sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan otak.
-           Psikologi ibu : Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakukan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
3. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
4. Faktor Pascasalin
-            Gizi : untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
-          Penyakit kronis/kelainan kongenital : tuberkolosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
-          Lingkukan fisis dan kimia : Lingkungan sebagai tempat anak hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu mempunya dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
5. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertetkan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
6. Sosio-Ekonomi
Kemisikinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang juga menjadi fakor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

7. Lingkungan Pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak .
8. Stimulasi
Pertumbuhan memerlukan rangsang/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghamba pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

G.    Prinsip-Prinsip
Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang, meliputi :
a.       Proses yang teratur, berurutan, rapi dan kontinyu, maturasi, lingkungan dan factor genetik.
b.      Pola yang sama, konsisten dan kronologis, dapat diprediksi.
c.       Variasi waktu muncul (onset), lama, dan efek dari tiap tahapan tumbuh kembang.
d.      Mempunyai ciri khas.
e.       Perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat.
f.       Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya.
g.      Perkembangan terjadi dalam tempo yang berlainan.
h.      Perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat.
i.        Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya.
j.        Perkembangan terjadi dalam tempo yang berlainan.

H.    Tahap-Tahap Tumbuh Kembang
1.    Neonatus (bayi lahir sampai usia 28 hari)
Dalam tahap neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang sangat besar tumbuh dan kembang sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya. Sedangkan perawat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi yang masih belum diketahui oleh orang tuanya.
2.    Bayi (1 bulan sampai 1 tahun)
Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang sangat pesat. Bayi pada usia 1-3 bulan mulai bisa mengangkat kepala,mengikuti objek pada mata, melihat dengan tersenyum dll. Bayi pada usia 3-6 bulan mulai bisa mengangkat kepala 90°, mulai bisa mencari benda-benda yang ada di depan mata dll. Bayi usia 6-9 bulan mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap dan berbalik sendiri bahkan bisa berpartisipasi dalam bertepuk tangan dll. Bayi usia 9-12 bulan mulai bisa berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dtuntun, menirukan suara dll. Perawat disini membantu orang tua dalam memberikan pengetahuan dalam mengontrol perkembangan lingkungan sekitar bayi agar pertumbuhan psikologis dan sosialnya bisa berkembang dengan baik.
3.    Todler (usia 1-3 tahun)
Anak usia toddler ( 1 – 3 th ) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga terdekat, mereka mulai berinteraksi dengan teman, mengembangkan perilaku/moral secara simbolis, kemampuan berbahasa yang minimal. Sebagai sumber pelayanan kesehatan, perawat berkepentingan untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak usia toddler guna memberikan asuhan keperawatan anak dengan optimal.


4.    Pra Sekolah (3-6 tahun)
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm. Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi.
5.              Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok usia sekolah  sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Perkembangan fisik, psikososial, mental anak meningkat. Perawat disini membantu memberikan waktu dan energi agar anak dapat mengejar hoby yang sesuai dengan bakat yang ada dalam diri anak tersebut.
6.     Remaja ( 12-18/20 tahun)
Perawat membantu para remaja untuk pengendalian emosi dan pengendalian koping pada jiwa mereka saat ini dalam menghadapi konflik.
7.     Dewasa muda (20-40 tahun)
Perawat disini membantu remaja dalam menerima gaya hidup yang mereka pilih, membantu dalam penyesuaian diri, menerima komitmen dan kompetensi mereka, dukung perubahan yang penting untuk kesehatan.
8.    Dewasa menengah (40-65 tahun)
Perawat membantu individu membuat perencanaan sebagai antisipasi terhadap perubahan hidup, untuk menerima faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kesehatan dan fokuskan perhatian individu pada kekuatan, bukan pada kelemahan.
9.    Dewasa tua
Perawat membantu individu untuk menghadapi kehilangan (pendengaran, penglihatan, kematian orang tercinta)

Sumber :
Hurlock, B Elisabeth. 1980. Psikologi Perkembangan.Jakarta : Penerbit Erlangga
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya


English Development


Dosen Pengampu        : Ratna Wahyu Pusari, M.Pd,Yanuaria Eka Sari / 14150032

1.        Jelaskan dan sebutkan lima aspek bahasa, berikan masing-masing teori dan contohnya minimal 2 !
Jawab :
a.       Phonetic (Fonem)  : Sebuah pengetahuan fonetik mengacu tentang hubungan symbol-suara dalam bahasa. Sebuah fonem adalah satuan linguistik terkecil suara, yang dikombinasikan dengan fonem lain untuk membentuk kata-kata
Teori :
ü  Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang dapat membedakan arti. ( Munandar, Utami. 2001 : 59)
ü  Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalananya, dan menurut sifat-sifat akustiknya. ( Verhaar, 1999: 10)
ü  Fonologi merupakan salah satu bagian dari tata bahasa, yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. (Keraf, G dalam Utami Munandar, 2001 : 59) 
Contoh :
-          Ketika bayi belajar mengoceh atau memanggil mamanya, bayi mencoba mengeluarkan suaranya meskipun belum terdengar jelas ucapannya hanya dan sebatas kata ma – ma.
-          Ketika bayi menginginkan sesuatu karena belum mampu mengucapkan sesuatu hanya mengeluarkan suara berupa tangisan.

b.      Semantic  : Pengetahuan semantik mengacu pada label kata-kata yang menentukan konsep dan juga jaringan semantik, atau skema yang mewakili keterkaitan antara konsep
Teori :
ü  Semantik adalah komponen bahasa yang menyangkut makna kata dan kombinasi kata. ( Bernstein dalam Jovita Maria Ferliana,  2014: 176)
ü  Dalam usahanya untuk mengerti arti suatu perkataan, anak-anak harus membuat suatu hipotesis tentang arti kata. Caranya ialah dengan membuat pemetaan (mapping) konsep-konsep mereka tentang objek-objek, kejaidan-kejadian, sifat-sifat dan hubungan-hubungan yang tidak asing bagi mereka ( Clark & Clark dalam Utami Munandar, 2001: 74)
Contoh :
-          Ketika ibu menunjuk seekor anjing dan berkata Bruno, si anak kemudian mengaplikasikan Bruno untuk semua hewan yang berkaki empat.
-          Ketika anak mengetahui sebuah benda yang berbentuk bulat adalah bola, kemudian ketika ia melihat benda yang berbentuk bulat yang ada dalam pikirannya adalah bola.

c.       Syntactic : Tata bahasa yang mengatur bagaimana kata-kata dikombinasikan untuk membuat kalimat atau frasa bermakna atau ucapan-ucapan.
Teori :
ü  Sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat (Ramlan dalam Henry Guntur Tarigan, 1983: 3)
ü  Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata didalam kalimat. (Verhaar, 2008: 11)
Contoh :
-          Ketika anak sudah masuk dalam fase lebih dari satu kata usia sekitar 18, pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata atau lebih (Jovita Maria Ferliana, 2014:15). Pada fase ini bicara anak sudah mulai sesuai dengan struktur dan mempunyai makna. “Mama.. aku mau pipis”
-          Ketika anak sudah mampu bertanya pada ibunya,”Mamah, Papa mana?” . Dalam kalimat tersebut walaupun masih sangat sederhana, tergabung diantaranya beberapa kata yang mempunyai makna bahwa anak tersebut sedang mencari  papanya.
Analisis :

d.      Morhphemic : anak-anak belajar bahwa beberapa kata-kata memiliki makna yang terkait tetapi digunakan dengan cara yang berbeda dalam pidato dan bahasa tertulis dan memiliki struktur kata yang berbeda. Sebuah kata terdiri dari satu atau lebih bermakna unit linguistik. Unit terkecil dari makna dalam bahasa adalah  morfem tersebut. Ada dua jenis morfem (a) Morfem bebas digunakan sendiri sebagai kata-kata (book, house) (b) Morfem terikat harus melekat pada morfem bebas (s in houses; ly in slowly; ter – dalam tertidur)
Morfem terikat terdiri dari dua jenis: derivasi dan infleksi. Morfem derivatif termasuk prefiks, seperti un- di happy dan akhiran, seperti -ness dalam happiness. Morfem inflektif yang akhiran ditambahkan untuk mengubah verba tegang, pluralitas untuk membuat perbandingan, seperti walk – walked, cat – cats.
Teori :
ü  Morfologi adalah struktur kata. Dengan menambahkan afiks pada kata, maka mengubah makna kata. Struktur morfologi dapat digunakan untuk mengidentifikasi ekspresi bahasa beberapa anak sesuai dengan usianya ( Jovita Maria Ferliana, 2014: 175)
ü  Pada kalimat dalam bahasa-bahasa Eropa, perubahan-perubahan yang terjadi pada kata dalam bentuk infleksi morfologi baru muncul pada fase diferensiasi (2,5-5 tahun) , ketika anak-anak mulai mengadakan diferensiasi pada kelas kata dan diferensiasi morfologi ( Utami Munandar, 2001: 76)
Contoh :
-          Ketika seorang anak sudah mampu mengucapkan dan membedakan kata “ happy dan unhappy”. Dari kata tersebut anak
-          Ketika anak sudah mulai memahami kata mama tidur, mama tertidur. Anak paham bahwa kata “ mama tidur” merupakan hal yang disengaja mama untuk istirahat tidur sedangkan tertidur memiliki makna bisa jadi sedang bersantai tiba-tiba tertidur (tidakada rencana untuk tidur)

e.       Pragmatic : Penggunaan bahasa tertanam dalam konteks sosial-budaya. Melalui interaksi sosial-budaya kita, kita belajar ketika berbicara; bila tidak berbicara; apa yang harus dibicarakan dengan siapa; dan ketika di mana dan dengan cara apa untuk berbicara. Pengetahuan ini atau kesadaran bagaimana menggunakan bahasa yang berbeda dalam pengaturan dan situasi yang berbeda. Pengetahuan tentang bagaimana menggunakan bahasa kontribusi untuk komunikasi yang tepat dan afektif.
Teori :
ü  Pragmatik menyangkut bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi. Ini merupakan suatu kesadaran bahasa yang menyesuaikan dengan lingkungan yang berbeda ( pada saat makan, dikelas, tempat bermain) dan untuk pendengar yang berbeda (seorang bayi, nenek) ( Jovita Maria Ferliana, 2014: 177)

Contoh :
-          Seorang anak yang dididik dalam adat keluarga jawa, dirumah diajarkan untuk berbicara dengan orangtua menggunakan bahasa jawa krama, sedangkan disekolah dengan gurunya ia terbiasa menggunakan bahasa indonesia. Ketika ia disekolah anak dalam bertuturkata sadar menggunakan bahasa indonesia seperti saat menyapa gurunya ia berkata “permisi” dan ketika pulang bertemu dengan orangtuanya ia berkata “kulonuwun”
-          Ketika ada seorang yang berasal dari Semarang bercakap pada orang Bandung untuk meminta “Gedang” yang dimaksud adalah “Pisang” tetapi di daerah “Gedang” adalah “Pepaya” orang Semarang harus menyesuaikan baha setempat agar ia bisa mendapatkan apa yang dimaksudkannya.

2.      Apa yang dimaksud dengan bahasa reseptive dan expresive? Jelaskan dengan contoh pada anak usia dini ?
Jawab:
-          Bahasa reseptif adalah bahasa yang diperoleh melalui membaca atau mendengarkan
-          Bahasa expresif adalah bahasa yang diperoleh melalui berbicara atau menulis, dengan mengutarakan yang ada dalam pikiran dan perasaan.
Teori :
ü  Myklebust dalam Jovita Maria Ferliana (2014: 17) mengemukakan bahwa proses pemerolehan bahasa anak melalui mendengar berawal dari adanya pengalaman atau situasi bersama antara bayi dan ibunya serta orang-orang lain yang berarti bagi anak dalam lingkungan terdekatnya. Anak tidak diajarkan kara-kata tertentu yang dikuti dengan arti kata-kata tersebut, melainkan melalui pengalamnnya, anak “belajar” menghubungkan antara pengalaman dan lambang bahasa yang diperoleh melalui pendengarannya.
ü  Ketika anak sudah mulai memahami hubungan antara lambang dan bahasa dan benda atau kejadian yang dialaminya, lalu terbentuklah bahasa reseptif anak melalui mendengar atau membaca. Setelah bahasa reseptif  “mulai terbentuk” anak mulai mengungkapkan diri melalui kata-kata sebagai awal kemampuan bahasa ekspresif  melalui kemampuannya bercerita atau menulis (Jovita Maria Ferliana, 2014: 17).
Contoh :
-          Ketika guru bercerita “Kancil Mencuri Mentimun” anak-anak mendengarkan cerita dengan seksama. Dalam cerita tersebut anak belajar banyak kata-kata atau kalimat-kalimat baru. Dengan mendengarkan cerita tersebut anak memperoleh bahasa (kata, kalimat) melalui mendengarkan cerita.
-          Setelah mendengarkan cerita anak diminta untuk menceritakan mengenai pengalamannya dirumah. Misalnya anak menceritakan kegiatannya diwaktu liburan, disini anak belajar mengekspresikan bahasanya kepada pendengar (teman-teman dan gurunya)
3.      Apa yang dimaskud dengan dialect diversity dan apa yang menajdi karakteristik dalam dialog ?
Jawab :
-          Dialect diversity merupakan keragaman dialek yang didalamnya terdapat variasi bahasa khusus. Dipengaruhi oleh perbedaan sosial-budaya dan wilayah geografis. Berkembang dimana sekelompok orang yang berkomunikasi yang sering dalam jangka waktu yang lama.
-          Karakteristik dialek :
ü  Dicirikan berbeda dengan kelima aspek bahasa ; fonetik, sintaks, morfem, semantik, pragmatik
ü  Bahasa tidak standar, berbeda dari aturan
ü  Dialek bahasa mungkin ada perbedaan dalam ejaan, struktur dan tanda baca
ü  Dialek dasar dipahami oleh semua penutur
-          Teori :
Keseragaman terjadi karena penutur yang heterogen selain itu  kegiatan interaksi sosial yang dilakukan sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atu menyebabkan terjadinya keragaman bahasa. Keragaman akan semakin bertambah kalu bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak serta dalam wilayah yang sangat luas ( Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 61).

4.      Apa yang dimaksud dengan Pidgin Language dan kapan terjadinya Pidgin Language ?
Jawab :
Pidgin Language adalah bahasa yang berkembang untuk menanggapi interaksi dua kelompok orang yang awalnya tidak pernah bertemu dan sebelumnya tidak saling berbagi bahasa (Crystal, 1987)
Terjadi saat masa eksplorasi, penjajahan sampai penyelesaian, dikembangkan antara penduduk asli dan para penjelajah, pedagang atau pemukim agar tetap terjadi interaksi.
5.      Bagaimana seorang anak usia dini mendapatkan dua bahasa, berikan analisa!
Jawab :
-          Dibeberapa rumah, masing-masing orangtua berbicara bahasa yang berbeda dengan anaknya dengan bahasa satu ( misal Bahasa Inggris) . ketika berada dikelas, ditempat kakek-nenek atau bahkan ditempat lain anak berbicara dengan bahasa lain (misal Bahasa Indonesia)
-          Analisa :
Bilingualism mengacu pada kemampuan seseorang yang dalam menggunakan dua bahasa. Ketika kemampuannya antara bahasa keduanya sama baiknya dengan bahasa rumah (bahasa ibu) nya kemungkinan tidak akan terlalu mengganggu dalam kegiatanya, tetapi perlu diperhatikan pada anak-anak yang yang sedang belajar bahasa kedua pada tahap permulaan. Pada tahap ini bilingualisme masih pada tahap sederhana dan tingkat rendah, namun juga menjadi pendorong dan sebagai dasar bilingualsime selanjutnya. Perlu adanya pelatihan untuk membiasakan penggunaan dwibahasanya. Karena akan sangat sulit ketika terjadi kasus seorang yg berasal dari Inggris dengan bahasa ibunya bahasa Inggris yang kemudian pindah ke Indonesia. Dia harus belajar Bahasa Indonesia agar dapat berkomunikasi dengan teman-temannya, dari hal tersebut dia akan mendapatkana dua bahasa yaitu bahasa kesatu (bahasa ibu) bahasa inggris dan bahasa kedua yaitu baha Indonesia.



6.      Apa keuntungan dan kerugian menjadi bilingualism?
-          Keuntungan :
ü  Tingkat metalinguistik lebih tinggi
ü  Kesadaran mengenai struktur bahasa lebih awal dan lebih besar
ü  Mempunyai perspektif yang lebih luas
ü  Kemampuan sosial yang lebih baik
-          Kerugian
ü  Anak-anak akan bingung dalam mengkomunikasikan keinginannya
ü  Terjadi pencampuran bahasa
ü  Prestasi anak disekolah menjadi rendah ( saat awal penggunaan dwi bahasa)
ü  Perlu pembiasaan yang lama pada anak yang mempunyai kecerdasan bahasa yang kurang ( khususnya untuk anak-anak pindahan)
7.      Apa faktor yang mempelajari SLA ?
-          Karakteristik peserta didik
ü  Usia
ü  Kemampuan kognitif
ü  Kepribadian
ü  Motivasi
ü  Percaya diri
ü  Kompetensi L2 ( bahasa kedua)
-          Pengaturan sosial
ü  Peran L2 ( bahasa kedua) peserta didik
ü  Kehadiran acuan/ referensi kongkrit
ü  Sumber model bahasa kedua
-          Masukan Linguistik
ü  Jumlah dan kualitas bahasa target
8.      Apa yang terjadi pada kelas Imerssi, pengertian imertion , bagaimana pembelajaran yang terjadi pada kelas immersion ?
-          Immersion : Kelas yang didalamnya menggunakan bahasa kedua sebagai bahasa perantara.
-          Apa yang terjadi :
ü  Anak dituntut menggunakan bahasa kedua saat dikelas terkecuali saat pelajaran bahasa pertama,
ü  Sebagian besar pembelajaran bahasa pengantarnya adalah bahasa kedua
-          Bagaimana pembelajarannya :
ü  Anak-anak dikelompokan menurut bahasa pertama mereka
ü  Guru harus memiliki kefasihan dalam kedua bahasa
ü  Instruksi seni bahasa diberikan dalam bahasa pertama mereka
ü  Intruksi di semua area lain dari kurikulum adalah dalam bahasa kedua
ü  Biasanya tidak ada intruksi resmi dari bahasa kedua
ü  Program imersi bervariasi sesuai dengan tingkat kelas dimana ia diperkenalkan ( mulai TK, kelas 3 atau 4 dll )

9.      Bagaimana menciptakan kelas yang positif, pilih 5 saja jabarkan dengan analisa, bagaimana prakteknya dikelas ?
Jawab :
-          Selecting literature from different cultures and dialects and the classroom. During the past two decades many high quality trade books have been published on the folktales, legends and customs of diverse cultures that introduce cultural characters (beatty & pratt 2003) using diverse literature increases the cultural awareness of students ancourages acceptance of diversity (delphit 1995) (no1)
Dengan memilih literatur dari budaya dan dialek yang berbeda untuk dikenalkan didalam kelas, untuk menumbuhkan kesadaran akan keanekaragaman budaya. Disini anak dikenalkan beragam dan karakter budaya melalui dongeng, legenda, cerita rakyat.
Contohnya ketika dikelas anak dibacakan legenda terjadinya “Gunung Perahu”

-          Emphasizing that language use is determined by the culture in which it is used. Bring examples of the other languages into your classroom in the form of books, newspapers and other written materials as well as in songs (no 2 )
Menekankan penggunaan bahasa diaerah tertentu dimana ia digunakan, dengan membawakan contoh bahasa lain berupa surat kabar, buku atau lagu.
Contohnya anak-anak di daerah pedesaan dikenalkan bahasa inggris melalui lagu “Twinkle-Twinkle Little Stars”

-          Modeling a curosity and interest in other language and dialects. Show your interest in other languages into your classroom. Invite speakers (such as parents) of other languages to come to your class to share their language with your students. Encourage children to share their diverse language knowledge with you and their classmates (no 4)
Menumbuhkan rasa keinguntahuan anak terhadap bahasa dengan mendatangkan model ( pembicara) untuk datang keklas dan berbagi dengan anak-anak dikelas.
Contohnya dengan mendatangkan salah satu orangtua yang memiliki keahlian bahasa Arab untuk berbagi pengetahuan dengan anak dikelas.
-          Learning basic greetings and espressions in a variety of languages and dialects. As speakers of those languages in your classroom to help you with the articulation and inflection. This would a good opportunity to involve bilingual parenst in your classroom. Teach the greetings and expressions to your students. Use these greetings and expressions in daily communication in your classroom orally and writting ( see apendix A for examples from several language) (no 5)
Menumbuhkan pengetahuan kebahasaan dengan membiasakan atau menggunakan dalam keseharian.
Contohnya anak dibiasakan menggunakan salam sapa dalam bahasa inggris setiap hari dilingkungan sekolah
-          Selecting classroom materials that reflect diversity, such as ethnic dolls and role playing attire (no 9)
Memberikan penekanan bahasa melalui bermain peran, melalui boneka
Contohnya anak diajak bermain peran dengan menggunakan bahasa tertentu, misal bahasa jawa krama