Senin, 30 September 2013

Kriteria Katekis



Katekis yang diharapkan
Kehidupan dan jati diri seorang Katekis tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, lingkungan maupun sebagai anggota Gereja dan Masyarakat. Mengingat keberadaan katekis di kalangan masyarakat dan umat beriman Katolik lainnya, sudah sepantasnya seorang katekis harus memenuhi beberapa kriteria atau persyaratan, dimana kriteria atau persyaratan tersebut bertujuan untuk menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya dengan baik dan penuh tanggung jawab, serta diharapkan dapat tampil sebagai sosok pribadi yang bermutu, baik menyangkut hidup rohani maupun pribadinya sehingga ia mampu membawa orang lain sungguh mengenal dan mengimani Yesus Kristus.
Berikut aneka Kriteria atau persyaratan yang diperlukan untuk menjadi seorang katekis :
·         Memiliki Hidup rohani yang mendalam (doa, membaca kitab suci, devosi)
·         Memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarga (dalam hidup iman dan moral)
·         Diterima oleh umat (dapat diterima oleh umat di mana ia tinggal)
·         Mempunyai komitmen yang tinggi untuk mewartakan kabar gembira (dedikasi).
·         Mempunyai pengetahuan yang memadai (kitabsuci, moral, teologi, liturgy, dsb)
·         Mempunyai keterampilan yang cukup (yang diperlukan dalam proses pewartaannya)
Dalam upaya menghayati dan menyadari jati diri sebagai katekis, seorang katekis mampu mengembangkan semangat hidup yang dapat dijadikam tolak ukur tugas perutusannya, antara lain :
·         Katekis adalah orang beriman (dapat menjadi contoh orang beriman lainnya).
·         Katekis mempunyai intimitas dengan yang ilahi (dengan memiliki hidup rohani yang mendalam).
·         Katekis terbuka pada karya Roh Kudus (menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah Roh Kudus.
·         Menyadari panggilan dan dan perutusannya (bersyukur karena merupakan panggilan dari Allah).
·         Katekis adalah anggota keluarga (relasi dengan keluarga).
·         Katekis adalah anggota umat (relasi yang baik dengan umat).
·         Katekis adalah pribadi yang sederhana dan rendah hati (tidak sombong dan arogan).
·         Katekis bersemnagat melayani (memiliki sikap dan semangat melayani seperti Yesus Kristus).
·         Katekis rela berkorban (berkorban waktu, tenaga, kepentingan pribadi, keluarga, harta).
·         Katekis tetaplah awam (tetaplah seorang awam dan bukan hierarki).
·         Katekis mau belajar terus menerus (belajar terus menerus agar dirinya berkembang dan karyanya dapat dipertanggunjawabkan).
·         Katekis dapat bekerja sama (dapat bekerjasama baik dengan pastor paroki, pengurus dewan paroki, lingkunan dan pihak-pihak lainnya, karena keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan reksa pastoral).
·         Metode pengajaran yang effektif dan effisien dalam mewartakan kabar gembira haruslah berciri diagonal, yang menekankan pentingnya hubungan pribadi antara katekis dan para pendengarnya. Bilamana hubungan pribadi antara keduanya sudah terbangun dengan baik, proses pewartaan ini sungguh menarik karena keduanya dapat merasakan perkembangan bersama dalam iman dan hidup rohani.
·         Katekis juga diharapkan mau dan mampu mengusahakan dan menggunakan media komunikasi yang sesuai dan memadai.
“Kan. 779 Hendaknya pengajaran kateketik diberikan dengan mempergunakan segala bantuan, sarana didaktis dan alat-alat komunikasi sosial yang dipandang lebih efektif, agar kaum beriman, mengingat sifat, kemampuan, umur dan keadaan hidupnya, dapat mempelajari ajaran katolik dengan lebih lengkap dan dapat mempraktekkannya dengan lebih tepat.”
Katekis disamping secara pribadi terus menerus belajar untuk meningkatkan pengetahuannya, maka hendaknya katekis juga mengikuti pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh Ordinaris Wilayah, dimana sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik sebagai berikut : Kan. 780 “Hendaknya para Ordinaris wilayah berusaha agar para katekis disiapkan dengan semestinya untuk dapat melaksanakan tugas mereka dengan sebaik-baiknya, yakni supaya dengan diberikan pembinaan yang terus-menerus mereka memahami dengan baik ajaran Gereja dan mempelajari secara teoretis dan praktis norma-norma yang khas untuk ilmu-ilmu pendidikan.”
Pembinaan-pembinaan yang hendaknya di ikuti oleh katekis adalah :Meningkatkan kualitas katekis, baik hidup pribadi maupun tugas perutusannya, Meningkatkan kerjasama antar katekis, mewujudkan regenerasi dan kaderisasi katekis dengan cara membuka diri dan hati terhadap keterlibatan katekis yang masih muda dan belum berpengalaman. Dimana pembinaan tersebut bisa terjadi bilamana katekis mempunyai kesetaraan, keterbukaan dan tanggungjawab.
Apakah anda terpangil menjadi katekis "berdoalah dan mohon terang Roh Kudus" untuk menjawab perutusan yang Allah berikan kepada diri kita.
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Mat 9:37)

Minggu, 29 September 2013

Hakekat Katekese



HAKIKAT KATEKESE
1.Katekese
1.1 Pengertian Katekese
Dalam Kitab suci terdapat sejumlah kata katekese. Arti aslinya: membuat bergema, menyebabkan sesuatu bergaung. Kata katekese ditemukan dalam Luk1:4 (diajarkan); Kis 18:25 (pengajaran dalam Jalan Tuhan); Kis 21:21 (mengajar); Rm 2:18 (diajar); 1 Kor 14:19 (mengajar); Gal 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini, katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman. Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae, Sri Paus Yohanes Paulus II menegaskan:
”Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”.
Dengan kata lain, Katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2. Bentuk Katekese
Ditinjau dari segi penyajiannya, katekese dapat dibedakan dalam 3 bentuk:
Bentuk praktis: Bentuk ini mengarahkan peserta katekese untuk bergiat dan rajin mempraktekkan kehidupan agamanya: rajin beribadah, rajin berdoa, dan berdevosi, serta bergairah menghadiri perayaan Ekaristi dan perayaan lainnya. Sumber utamanya adalah liturgi Gereja.
Bentuk historis: Bentuk ini memperdalam pengenalan umat akan sejarah penyelamatan dari pihak Allah, yang diawali dengan janji-janji mesianis dalam PL dan memuncak dalam pribadi Yesus Kristus dalam PB. Sumber utamanya adalah Kitab Suci.
Bentuk sistematis: Bentuk ini menyajikan kepada umat ajaran teologis dan dogmatis yang tersusun secara sistematis, singkat, dan padat. Sumber utamanya adalah buku Katekismus.
1.3. Beberapa Peristilahan
Dibawah ini, kami urutkan sejumlah istilah yang kerap ditemukan AL:
Katekismus : buku pelajaran iman yang isinya bentuk tanya jawab.
Katekese: Pembinaan iman.
Katekumen: calon babtis, orang-orang yang belajar percaya.
Katekumenat: masa persiapan calon babtis, umumnya selama 1 tahun.
Katekis: pembina iman atau guru iman. Katekis dapat dibagi menjadi dua bagian yakni: yang pertama adalah Katekis Paroki yang bertanggungjawab atas umat di seluruh paroki, dan kedua adalah Katekis Wilayah yang bertugas atas sejumlah stasi.
Kateketik: ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman.
Kateket: sebutan untuk para pakar di bidan ilmu Kateketik.
1.4. Katekismus
Secara umum diketahui bahwa dalam sejarah baru terdapat 2 buah Katekismus Universal dalam Gereja Katolik yakni:
Katekismus Trente 1566, hasil dari Konsili Trente
Katekismus Gereja Katolik, yang dimaklumkan pemakaiannya oleh Sri Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1992. Katekismus universal yang kedua ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Katekismus Gereja Katolik, oleh P. Herman Embuiru, SVD, (Ende: Propinsi Gerejawi Ende, 1995), 813 halaman.
1.5 Tugas Utama Katekese
Secara ringkas dapat ditunjuk 3 tugas utama katekese:
Katekese memberitakan sabda Allah, mewartakan Kristus: pewartaan diri Kristus
Katekese mendidik untuk beriman: menciptakan suasana agar iman dirasakan, bertumbuh dan berbuah.
Katekese mengembangkan Gereja: tidak ada katekese yang benar kalau bukan dalam konteks kegerejaan.
2. Perkembangan Katekese di Indonesia
Mulai tahun 1977, Komisi Kateketik Indonesia (Komkat MAWI/KWI) menyelenggarakan pertemuan kateketik nasional, yang dihadiri oleh utusan dari seluruh keuskupan di Indonesia. Hingga sekarang sudah 10 kali diadakan pertemuan ”PKKI” (Pertemuan Kateketik antar-Keuskupan se-Indonesia), yang sifatnya nasional. Pertemuan pertama (1977) mencari dan membahas arah Katekese di Indonesia yang kemudian disepakati bahwa yang dikembangkan di Indonesia adalah Katekese Umat. Katekese Umat di negara kita cukup subur, menggembirakan, dan sangat mengharapkan tenaga para pembina. Misalnya saja bina iman yang biasa disebut pendalamn iman. Hasilnya sangat mengharukan, membuat orang bertobat kembali, dan tumbuh niat-niat untuk hidup lebih suci.
ILMU KATEKETIK
1. Definisi Ilmu Kateketik
1.1.Definisi yang Tidak Lengkap
Pada tahun 1968 bidang studi ilmu Kateketik diajarkan di Universitas Pontifikal Salesiana Roma, yang dikelola oleh Kongregasi Salesiana (SDB). Saat itu muncul kamus-kamus yang mencatat pengertian Kateketik tapi tidak lengkap. Dalam kamus-kamus itu tercatat: Kateketik adalah teori tentang katekese; Kateketik adalah refleksi atas karya Gereja.; Kateketik adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana mewartakan ajaran Kristus kepada kaum muda dan orang dewasa.
1.2.Definisi yang Lebih Memadai
Kateketik adalah studi ilmiah perihal katekese dengan menggunakan metode dan sistem yang spesifik. Definisi ini lebih sempit namun lebih jelas. Katekese benar-benar sebuah ”realitas” khas kegerejaan yang harus terus dikaji dan dikembangkan sesuai dengan keadaan zaman.
2. Medan Tugas Ilmu Kateketik
Dibawah ini ada 4 macam medan tugas ilmu kateketik AL:
Ilmu Kateketik membahas seluruh permasalahan yang berhubungan dengan inisiasi Kristen. Artinya sebagai ilmu, Kateketik memberi tuntutan untuk menyiapkan suatu katekese demi terciptanya orang Kristen sejati dan dewasa di masa mendatang baik itu kepada anak-anak, kaum muda, remaja, orang dewasa, dan golongan tua.
Ilmu Kateketik menyusup ke semua tempat di mana pewartaan iman dan pendidikan Kristen dimungkinkan.
Ilmu Kateketik memberi bimbingan dan menunjuk cara yang efektif untuk pengajaran agama di sekolah-sekolah.
Ilmu Kateketik tidak saja menangani masalah yang berhubungan dengan pengajaran seperti dogmatis, biblis, moral, dan liturgis demi pendewasaan umat beriman, tetapi juga termasuk tugas mendidik umat beriman dalam keseharian mereka misalnya: berdoa, menerima sakramen, dan juga berbakti dalam kepentingan umum.
3. Keterkaitan Kateketik dengan Ilmu-ilmu Lain
Kateketik mempunyai kaitan dengan ilmu lain yakni:
Antara Kateketik dan ilmu moral, tidak disangkal bahwa bina moral adalah suatu tugas dari ilmu pendidikan agama. Menurut Frattalone Ilmu Kateketik melakukan dialog intidisipliner dengan ilmu moral bila secara kritis merefleksikan isi bina iman.
Kaitan antara Kateketik dan Pastoral Kaum Muda sangat erat. Katekese menduduki tempat menetap dalam pastoral kaum muda.
Kaitan antara Kateketik dan teologi, dijelaskan oleh Romo Hardawirjana dimana katekese memerlukan teologi dalam pengolahan iman yang kita miliki.
Menurut Alberich mengemukakan bahwa kateketik sebagai sebuah refleksi ilmiah atas pembinaan iman termasuk bagian dari teologi pastoral atau teologi praktika; dan sebagai refleksi ilmiah atas pendidikan iman termasuk bagian ilmu pedagogi keagamaan.
4.Obyek Formal dan Material Ilmu Kateketik
Obyek formal Ilmu Kateketik adalah Pengkomunikasian dan pendidikan iman. Sedangkan Obyek material ilmu Kateketik adalah jemaat Kristen/jemaat beriman. Untuk menangani obyek formal ini, secara ringkas hendak disebutkan 3 jenis pelayanan ilmu Kateketik, yakni:
1)Mendayagunakan lembaga ilmiah: lewat lembaganya, ilmu Kateketik membahas secara teratur dan sistematis keseluruhan praktek berkatekese, dan berupaya menggumulinya seturut prinsip-prinsip dasar yang dianutnya.
2)Mengkaji teori-teori katekese:Secara khusus ilmu Kateketik bergumul dengan teori-teori katekese untuk menerangkan secara teratur dan sistematis teori yang pernah ada dan yang sedang dipergunakan termasuk teori katekese untuk kelompok kategorial seperti katekese anak-anak, pelajaran agama di sekolah dan lain-lain.
3)Melakukan intervensi: Intervensi adalah konkretisasi teori yang hendak dipraktekkan. Pada waktu yang bersamaan, ilmu kateketik menjadi wadah untuk menguji coba suatu teori. Operasionalisasi intervensi terdiri dari: memahami problem-problem yang riil ada dan menganalisisnya, mengemukakan saran-saran dari satu pihak menjelaskan penyebab masalah dan pihak lain menunjuk arah untuk mengatasi problem konkret.
5.Metode Penelitian Ilmu Kateketik
Problem metode dalam penelitian kateketik bersifat kompleks dan dapat menyebabkan berbagai kesulitan bagi mereka yang baru menekuninya. Umumnya dapat dikatakan bahwa metode penelitian ilmu Kateketik sangat dibatasi oleh problem karakteristik, yang hendak diatasi atas cara sientifik dan operatif.
Metode penelitian Kateketik diupayakan dengan cara sebagai berikut:
1)Memanfaatkan ilmu teologi dan pedagogi (ilmu pendidikan): sekalipun isi katekese tidak datang dari teologi tetapi dari tradisi Kristen, namun ilmu Kateketik sangat membutuhkan hasil refleksi dan kajian ilmu teologi.
2)Metode yang diintegrasikan
3)Metode yang kurang tepat: Sinkretisme yakni proses pengambilan hasil-hasil ilmi-ilmu gerejawi dan profan tanpa suatu kriteria dan norma. Deduktivisme yakni kecenderungan untuk meyakini bahwa dari teologi kita dapat menarik dengan mudah suatu teori dan model bagi sebuah katekese otentik atau menganggap katekese sebagai sebuah teologi mini. Instrumentalisasi ilmu-ilmu human yakni metode yang sesat karena membatasi pada teologi saja sehingga prosesnya merugikan ilmu Kateketik dan katekese sendiri. Kesesatan kerap terjadi karena instrumentalisasi ilmu teologi dan pedagogi.
6. Bidang Kajian Ilmu Kateketik
Di bidang keilmuan, bagi ilmu Kateketik tersedia lahan luas, yang sarat materi spesifik untuk dikaji AL:
1)Kateketik Umum: metode katekese, sarana, tujuan, dan subyek.
2)Kateketik yang menggekuti isi pewartaan: katekese moral, dan katekese liturgis.
3)Kateketik yang mengembangkan katekese audio-visual.
4)Kateketik yang memikirkan pendayagunaan perangkat pembinaan iman dalam Gereja.
5)Kateketik yang berkecimpung dalam hal penyusunan bahan pembinaan seturut situasi khusus, seperti pelajaran agama di sekolah.
6)Kateketik yang mengolah bahan pembinaan seturut tingkat umur, seperti katekese remaja, anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa.
7)Kateketik yang berkecimpung dalam hal evaluasi dan eksperimen untuk katekese umat dan katekese sekolah.
TUGAS DAN PERANAN KATEKESE
Di bawah ini ada beberapa tugas dan peranan katekese yaitu:
1)Menyuburkan semangat pertobatan
2)Meneguhkan iman orang Kristen
3)Mendampingi dinamika pertumbuhan iman
AGAMA DAN PENGERTIANNYA
Agama, bangsa kita, Indonesia, adalah sesuatu yang sangat vital. Sila pertama falsafah hidup negara kita mengisyaratkan bahwa seluruh rakyat Indonesia adalah manusia beragama. Setiap warga tergolongkan dalam salah satu agama yang diakui secararesmi di Tanah Air. Agama adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Sakskerta. Dari analisis linguistiknya ada dua jenis penjelasan:
1.Keterangan menurut Kitab Samdarigama: Kata ”agama” terdiri dari suku kata a-ga-ma : a sebagai awalan berarti ”tidak”; gam berarti pergi atau berjalan;
a sebagai akhiran menunjuk sifat. Jadi secara etimologis, agama menunjuk pada arti ”keadaan tidak pergi”, ”tetap dan kekal”. Agama dipahami sebagai pedoman menuju kekekalan.
2.Keterangan menurut kitab Sunarigama: Kata agama terdiri dari suku kata a-ga-ma berarti terang, matahari. Arti dari paduan kata itu tidak jelas,namun ditafsirkan sebagai ”pengajaran yang menguraikan tata cara yang semuanya penuh misteri karena Tuhan dianggap bersifat rahasia”.
ASPEK UTAMA PENGAJARAN AGAMA
Ada lima aspek yang menjadi dasar untuk membimbing secara efektif para peserta menuju kematangan hidup sebagai seorang Kristen:
1)Keakraban Guru Agama dengan Pastor Paroki
2)Persiapan Pelajaran
3)Waktu yang sesuai
4)Pembaruan diri (membuat jadi efektif)
5)Penguasaan Metode-metode Baru.
METODE PENGAJARAN AGAMA
Ada beberapa macam metode pengajaran agama yakni:
1)Metode Penjelasan atau Metode Katekismus
2)Metode Penjelasan Pokok Pikiran
3)Metode Munchen (memberi arti, perhatian dan kesatuan pelajaran)
4)Metode Aktif
5)Metode Menggali Pengalaman
6)Metode Sower (sesuai daya tangkap dan minat)
7)Metode Shields (tidak memaksa, sesuai dengan kebutuhan)
8)Metode Induktif dan Deduktif
9)Metode Naratif-Eksperiensial :cerita-cerita, sesuai nilai religius, moral, sosial lain-lain.
10)Metode Dialog Partisipatif

PRAKTEK MENGAJAR AGAMA DALAM KELOMPOK
Praktek mengajar agama dalam kelompok yang terdiri dari:
1)Tujuan Praktek
2)Nilai-nilai
3)Koreksi
4)Kesan
5)Rangkuman dan saran
KATEKIS SEKOLAH
Menjealang fungsi sebagai katekis atau guru agama di sekolah merupakan salah satu jalur perwujudan panggilan dan fungsi para imam sebagai alter Crhistus dalam masanya yakni:
1)Imam sebagai Katekis Sekolah
2)Katekis mempunyai tugas mulia (mendidik anak untuk menjadi baik)
3)Spiritualitas Katekese-Guru Agama (lebih kepada cinta, dan kasih)

Sumber Bahan:
1.     Marianus Telambanua, OFMCap, Ilmu Kateketik Identitas, Metode, dan Peserta Katekese Gerejawi, Sinasak Pematangsiantar, 1997
2.     Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Seri Dokumenteasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992
3.     AP Budiyanto Hd (editor), Bunga Rampai Katekese, Dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Pastoral, filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009
4.     Yosep Lalu, Pr, Katekese Umat, Komisi Kateketik KWI, Jakarta 2007
5.     J.S. Setyokaryono, SJ, Arah Katakese di Indonesia dari Tahun 1976-1996, Puskat Yogyakarta, 1997
6.     Y. Gowing B, Pr., Katekese Umat dan Analisa Sosial, 1993
7.     Y. Gowing B, Pr., Memebekali dan Melatih Fasilitator KU, Gita Kasih Kupang, 2008
8.     KWI, Iman Katolik, Buku Informasi dan Refrensi, Kanisius Jogyakarta dan Obor, Jakarta, 1996
9.     YB, Banawiratmo, SJ, Kemiskinan dan Pembebasan, Kanisius Jogya, 1987
10. Th. Hubert Sj, Katekese Umat Hasil PKKI II, Kanisius, Jogyyakakarta, 1981
11. Komkat KWI, Model-Model KU dengan Metode Ansos, Komkat KWI, Jakarta 1996
12. Komkat KWI, KU dan Evangelisasi Baru, Kanisius, Jogykarta, 1995
13. Papo Yakop Drs, Memantapkan Wawasan Dan Keterampilan Para Penggerak Katekese, Pusat Pastoral KAE, 1998
14. Intan Saksi Pius X, Drs, Katekese Umat, IPI Malang, 2000