Selasa, 20 Januari 2015

Laporan singkat tugas Observasi Pospaud Pelangi

I.                   PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

            Proses belajar mengajar adalah suatu hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan, sehingga perlu mendapat tempat pertama di semua jenjang pendidikan. Salah satu pendidikan yang sangat penting yaitu pendidikan anak usia dini, dimana pendidikan anak usia dini itulah yang akan menjadi pondasi dasar bagi pendidikan anak selanjutnya.
            Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Sujiono, Yuliano Nurani.Konsep Dasar PAUD. 2009:50)
            Menurut para ahli banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut Clark (dalam Yuliani: 2009) kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100-200 milyar sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal. Namun, penelitian para ahli juga menyatakan bahwa hanya 5%  potensi otak yang terpakai karena kurangnya stimulasi yang seharusnya berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak. Oleh sebab itu lembaga-lembaga PAUD sangat berperan penting dalam pemberian stimulasi yang akan membuat neuron-neuron berfungsi optimal sehingga berguna bagi perkembangan sensori anak.
            Pendidikan anak usia dini diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal atau informal, salah satunya adalah dilembaga PAUD. Pospaud ‘Pelangi’ adalah suatu lembaga pendidikan anak usia dini yang mencoba membantu para orangtua dalam memberikan stimulasi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini khususnya yang berusia 2-6 tahun dalam mempersiapkan diri untuk masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pospaud ‘Pelangi’ yang sudah meluluskan 6 angkatan ini berdiri sejak tahun 2008 tepatnya tanggal 15 April, atas anjuran dari walikota bahwa setiap rw sebaiknya mempunyai sekurang-kurangnya 1 pospaud. Ibu Ngadiono selaku kepala Pospaud Pelangi yang juga merupakan istri dari Ketua rw 03 Jangli Krajan secara swadaya merangkul ibu-ibu PKK untuk ikut berpartisipasi dalam pendirian Pospaud Pelangi tersebut.
            Pospaud Pelangi merupakan lembaga pendidikan anak usia dini yang didirikan secara swadaya oleh anggota PKK untuk memenuhi kebutuhan pendidikan untuk anak usia dini diwilayah Jangli khususnya untuk keluarga yang kurang mampu karena tidak bisa masuk di sekolah TK.

I.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin dikupas diantaranya adalah :
1.      Bagaimana profil Pospaud Pelangi ?
2.      Bagaimana sistem belajar-mengajar di Pospaud Pelangi ?
3.      Bagaimana kaitannya proses pembelajaran di Pospaud Pelangi dengan materi perkuliahan mengenai perkembangan anak usia dini menurut para pakar PAUD?

I.3 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan :
1.      Profil Pospaud Pelangi
2.      Sistem belajar-mengajar di Pospaud Pelangi
3.      Kaitannya proses pembelajaran di Pospaud Pelangi dengan materi perkuliahan mengenai perkembangan anak usia dini menurut para pakar PAUD







II.                PEMBAHASAN

II.1 Profil Pospaud Pelangi
            Sejarah berdirinya Pospaud Pelangi adalah dilatarbelakangi oleh anjuran dari pemerintah kota yang menganjurkan setiap rw sekurang-kurangnya memiliki 1 Pospaud untuk pelayanan pendidikan anak usia diniguna mempersiapkan anak memasuki pendidikan lebih lanjut. Selain dari anjuran tersebut Pospaud Pelangi didirikan guna memenuhi kebutuhan pelayanan pendidikan anak usia dini khususnya di wilayah Jangli Kelurahan Jatingaleh serta membantu para orangtua yang kurang mampu dalam ekonomi, untuk memasukan anak mereka ke lembaga pendidikan formal (sekolah) Taman Kanak-Kanak yang cenderung membutuhkan biaya besar.
            Pospaud Pelangi berdiri pada bulan April tepatnya tanggal 15 April 2008, dimana Pospaud Pelangi didirikan secara swadaya oleh Ibu-ibu PKK yang bekerja sama dengan warga serta kelurahan. Pospaud Pelangi sendiri bertempat di balai rw yang berada di wilayah Jangli Krajan Rt 06 Rw 03 Kelurahan Jatingaleh yang hanya berukuran kurang lebih 8x6m dimana semua kegiatan pembelajaran dilakukan di tempat tersebut. Ketika pertama dibuka Pospaud Pelangi hanya menerima 28 anak kelompok usia 4-5 tahun yang kemudian tahun berikutnya naik tingkat kelompok anak usi 5-6 tahun. Karena banyaknya pendaftar, Pospaud Pelangi membuka 3 kelas berdasarkan kelompok usia yaitu kelompok usia 2-3 tahun (pra kb), 3-4 tahun (kb), 4-5 tahun (TK A) dan 5-6 tahun (TK B).
            Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Untuk ambil bagian dalam memajukan bangsa dengan dimulainya dari upaya pembinaan anak sejak usia dini, Pospaud Pelangi didirikan dengan Visi “ Mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia serta mampu berkompetensi di masa datang”. Untuk mencapai visi tersebut Pospaud Pelangi mempunya misi sebagai berikut ;
1.      Turut serta menyiapkan generasi penerus yang cerdas secara menyeluruh.
2.      Turut berperan aktif dalam rangka menumbuhkembangkan anaj usia dini secara optimal.
3.      Turut berperan aktif dalam rangka memperluas jangkauan layanan PAUD.
            Pospaud Pelangi sangat membantu para orangtua yang kurang mampu memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan seperti Taman Kanak-Kanak, karena biaya pendaftaran dan spp bulanan di Pospaud terjangkau. Dengan biaya pendaftaran Rp.400.000,- untuk uang seragam dan alat tulis serta uang bulanan sebesar Rp.30.000,-  anak sudah mendapat pelayanan Pospaud Pelangi. Para guru di Pospaud Pelangi mengajar anak-anak sebagai wujud pengabdian dengan gaji mereka yang tergolong kecil mereka tetap melayani anak-anak didiknya.
            Fasilitas yang ada di Pospaud Pelangi cukup memadai meskipun masih terbatas. Anak-anak belajar dengan fasilitas seadanya, meskipun jika diperhatikan fasilitas penunjang lainnya masih kurang. Keadaan tersebut juga dikarenakan biaya yang dikenakan setiap bulannya cukup ringan.

II.2 Sistem Belajar – Mengajar di Pospaud Pelangi
            Saat ini anak didik di Pospaud Pelangi semuanya mencapai 87 anak yang terdiri dari 28 anak kelompok usia 5-6 tahun, 28 anak kelompok usia 4-5 tahun, 21 anak kelompok usia 4-5 dan 10 anak kelompok usia 3-4 tahun. Urutuan sistem pembelajaran di Pospaud Pelangi tidak jauh beda dengan kegiatan pembelajaran lainnya yaitu dengan kegiatan Pembuka, Inti dan Penutup. Tetapi yang sangat membedakan adalah pada kegiatan intinya, di Pospaud Pelangi menggunakan pendidikan akademis pada kelompok usia 4-5 dan 5-6 tahun.
            Kepala Pospaud menjelaskan bahwa kebutuhan akademis sangatlah penting meskipun sangat berat untuk anak. Karena didaerah  Jangli sendiri banyak terjadi kasus dimana anak yang masuk Sekolah Dasar belum bisa calistung ( baca, tulis, hitung) akan ditinggal dan itu merupakan sebuah resiko anak menjadi kesulitan menangkap materi yang diajarkan dengan kata lain jika masuk di sekolah dasar harus sudah bisa calistung. Alasan tersebut yang membuat para pendidik di Pospaud Pelangi untuk lebih menekankan akademisnya. Selain itu dari latarbelakang pengajar yang hanya ibu-ibu rumah tangga yang kurang memahami tentang teori-teori mengenai dunia ke-PAUDan serta masih lekatnya ajaran tempo dulu juga menjadi alasan para pengajar lebih menekankan pendidikan akademis pada anak didiknya.
            Kegiatan bermain anak dalam pembelajaran di Pospaud Pelangi sangat minim, guru beranggapan bahwa bernyanyi, gerak lagu bersama adalah sudah merupakan kegiatan bermain.

II.4 Keterkaitan Proses Pembelajaran di Pospaud Pelangi dengan Teori Para Pakar
1.      Anak merasa malu, takut,atau langsung mendekat ketika pertama kali bertemu dengan orang yang baru datang dalam komunitasnya.
Yang masuk dalam teori Eric Erikson dalam teorinya mengenai “trust vs mistrust”. Anak merasa takut, malu atau malah langsung mendekat didasari oleh dorongan rasa percaya daan tidak percaya dengan orang yang disekitarnya.
2.      Anak yang cenderung memainkan mainannya secara berulang-ulang.
Masuk dalam teorinya Sarah Smilansky dalam “bermain fungsional”, bahwa anak melakukan gerakan bermain yang bersifat sederhana secara berulang-ulang.
3.      Anak yang meminta bimbingan guru ketika membuat bola-bola dari kertas koran bekas.
Masuk dalam teori Vygotsky mengenai “Konsep scaffolding”, dimana anak dalam melakukan sautu pekerjaannya dengan bimbingan atau penguatan dari orang lain.
4.      Anak yang bermain menyusun ring donat.
Masuk dalam teori Sarah Sarah Smilansky dalam konsep “constructive play” bermain membangun, anak mencoba kegiatan bermain untuk membentuk menyusun ring donat supaya terlihat tinggi.
5.      Kegiatan pengamatan mengenai asal muasal kecambah.
Masuk dalam teori Jean Piaget, bahwa disini sensori motor anak dapat terangsang ketika sebelum memasukan biji kacang hijau kedalam gelas plastik anak mulai meraba, memegang serta membau biji tersebut.

III.             PENUTUP

III.1 Kesimpulan
            Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Sujiono, Yuliano Nurani. Konsep Dasar PAUD. 2009:50). Dalam pemberian rangsangan tersebut harus menggunakan  konsep yang tepat supaya anak dapat berkembang sesuai tahapannya. Bahwa benar adanya mengenai teori para pakar PAUD seperti Sarah Smilansky, Jean Piaget, Vigotsky, Eric Erikson bahwa anak mempunyai tahapan dalam perkembangan dan pertumbuhannya dan anak memerlukan perhatian khusus dalam masa kembangnya supaya perkembangannya dapat terarah secara dapat berkembang secara optimal.

III.2 Saran
Memperhatikan teori para pakar PAUD mengenai tahapan perkembangan serta pertumbuhan pada anak usia dini, alangkah baiknya para orangtua untuk benar-benar memperhatikan secara khusus serta memberikan pelayanan yang baik kepada anak usia dini  terhadap perkembangnnya.  Sehingga dengan anak mendapat perhatian serta layanan yang baik, anak dapat berkembang dan tu,buh secara baik dan optimal.

III.3 Daftar Pustaka
 Sujono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini.  Jakarta:PT. INDEKS.





Minggu, 11 Januari 2015

Pandangan Sarah Smilansky tentang Bermain

I.                   PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
            Menurut hasil penilitian , pada usia 4 tahun pertama , separuh kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk. Artinya , kalau pada usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak tidak akan berkembang secar optimal. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah the Golden Ages atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini, di mana semua potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain dan masa trozt alter 1 (masa membangkang tahap 1).
Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan social. Pada Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun social-emosionalnya.
Oleh karena itulah seorang anak seharusnya perlu mendapatkan pendidikan sejak usia mereka masih belia atau masih dalam tahap perkembangan, agar seorang anak tersebut dapat menemukan potensi atau kemampuan diri nya sendiri dan orang tua pun dapat mendukung anak untuk mengikuti pendidikan anak usia dini secara maksimal guna memberi rangsangan terhadap anak untuk menggali potensi yang di miliki nya.

I.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin dikupas diantaranya adalah :
1.      Bagaimana pandangan Sarah Smilansky mengenai perkembangan anak ?
2.      Bagaimana implementasi pandangan Sarah Smilansky dalam Pendidikan AUD ?
1.3    Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan :
1.      Pandangan Sarah Smilansky mengenai perkembangan anak
2.      Implementasi pandangan Sarah Smilansky dalam Pendidikan AUD


II.                PEMBAHASAN

I.1 Pandangan Sarah Smilansky
       Sarah Smilansky adalah seorang guru besar di Tel Aviv, University Israel. Smilansky peduli terhadap psikologi anak dan mengemukakan tentang mengembangkan kognitif anak melalui permainan. Diyakini melalui permainan dan pengamalan nyata membuat anak mempunyai imajinasi. Smilansky dalam Dockett dan Fleer (1999:59) percaya bahwa pendidikan anak usia dini merupakan hal yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka terbentuknya perkembangan dasar-dasar pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada anak.
       Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memliki kebermaknaan melalui pengalaman yang nyata, sehingga anak dapat memperoleh pengetahuan baru untuk mendapatkan kreativitasnya dan rasa ingin tahu secara optimal. Pada rentang usia ini anak mengalami masa keemasan / golden age dimana anak mulai peka terhadap diri dan lingkungannnya dengan melalui stimulasi yang diberikan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa sosio-emosional dan spiritual.
       Menurut Smilansky, setiap anak harus mengalami pengalam bermain yang banyak. Anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika disedikan kesempatan untuk berhubungan luas atau di dalam ruangan. Untuk itu, anak perlu diberikan kesempatan untuk bergerak secara bebas bermain dan di halaman, dilantai atau dimeja dan dikursi. Kebutuhan sensori motor anak didukung bila lingkungan baik dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak.

II.2 Implementasi pandangan Sarah Smilansky dalam Pendidikan AUD
       Bermain Kreatif pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Menurut Catron dan Allen penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual antar anak yang satu dengan anak yang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa dengan bermain anak dapat mengembangkan potensi kreatifnya, anak dapat berkreativitas dalam setiap kegiatan bermainnya. Piaget dan Smilansky dalam Dockett dan Fleer (1999:59-60) mengemukakan tahapan bermain pada anak usia dini, sebagai berikut :
1.      Bermain Fungsional ( Fungsional Play )
Bermain seperti ini berupa gerakan bersifat sederhana dan berulang-ulang.
Contohnya : berlari-lari, mendorong dan menarik mobil-mobilan.
2.      Bermain Membangun ( Constructive Play )
Kegiatan bermain ini untuk membentuk sesuatu, menciptakan bangunan dengan alat permainan yang tersedia.
Contohnya : menyusun puzzle, lego atau balok kayu.
3.      Bermain Pura-Pura ( Make-Believe Play )
Anak menirukan kegiatan orang yang dijumpainya sehari-hari atau berperan/ memainkan tokohtokoh dalam film kartun atau dongeng.
Yang dimaksud dengan bermain pura-pura dan aplikasinya dalam teori Sarah Smilansky adalah : dramatic play, dimana anak melakukan peran imajinatif atau memerankan tokoh yang dikenalnya melalui film/dongeng/cerita lebih ditekankan pada bermain makro.
Contohnya : dokter-dokteran, polisi-polisian, atau meniru tukan bakso.
4.      Bermain Peraturan ( Game with Rule )
Dalam kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi peraturan permainan. Aturan permainan pada awalnya dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan asalkan tidak menyimpang jauh dari aturan umumnya.
Contohnya : bermain kartu domino, bermain tali, monopoli.
5.      Bermain peraturan dan olahraga (Games with rules and Sports).
Aturan pada olahraga jauh lebih ketat dan kaku, namun pada tahap ini anak senang melakukan kegiatan ini berulang-ulang dan terpacu untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya. Pada tahap ini, bukan hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan tetapi ada suatu hasil akhir tertentu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
Contohnya : Bermain kucing dan tikus, sepakbola
Khususnya tentang dramatic play, Smilansky menyakini bahwa bermain melalui dramatic play sangat penting dalam mengembangkan kreativitas, intelektual, bahasa dan ketrampilan sosial dan emosional. Tidak semua anak memiliki pengalaman dramatic play. Pada intinya bermain sangat mendukung perkembangan kognitif, sosial dan emosionalnya dan juga merupakan kegiatan yang sangat kondusif semua aspek perkembangan anak. Melalui dramatic play anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar menampilkan peran yang dapat diterima lingkungannya dan juga ketrampilan bersosialisasi agar kelak mampu menyesuaikan diri dengan kelompok sosial di masyarakat atau masyarakat ataupun teman sebayanya.