I.
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Menurut hasil penilitian , pada usia 4 tahun pertama ,
separuh kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk. Artinya , kalau pada usia tersebut otak
anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak
tidak akan berkembang secar optimal. Usia dini merupakan periode awal
yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta
perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode
penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir
perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah
the Golden Ages atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan
memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini, di mana semua
potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk
masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa
peka, masa bermain dan masa trozt alter 1 (masa membangkang tahap 1).
Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir
memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai
dengan pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya
akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia,
kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan social. Pada Masa usia dini
merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh
proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak
untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans
terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun social-emosionalnya.
Oleh karena itulah seorang anak seharusnya perlu mendapatkan pendidikan
sejak usia mereka masih belia atau masih dalam tahap perkembangan, agar seorang
anak tersebut dapat menemukan potensi atau kemampuan diri nya sendiri dan orang
tua pun dapat mendukung anak untuk mengikuti pendidikan anak usia dini secara
maksimal guna memberi rangsangan terhadap anak untuk menggali potensi yang di
miliki nya.
I.2
Rumusan Masalah
Adapun masalah
yang ingin dikupas diantaranya adalah :
1. Bagaimana
pandangan Sarah Smilansky mengenai perkembangan anak ?
2. Bagaimana
implementasi pandangan Sarah Smilansky dalam Pendidikan AUD ?
1.3
Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini
diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan :
1. Pandangan
Sarah Smilansky mengenai perkembangan anak
II.
PEMBAHASAN
I.1
Pandangan Sarah Smilansky
Sarah Smilansky adalah seorang guru besar
di Tel Aviv, University Israel. Smilansky peduli terhadap psikologi anak dan
mengemukakan tentang mengembangkan kognitif anak melalui permainan. Diyakini
melalui permainan dan pengamalan nyata membuat anak mempunyai imajinasi.
Smilansky dalam Dockett dan Fleer (1999:59) percaya bahwa pendidikan anak usia
dini merupakan hal yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka
terbentuknya perkembangan dasar-dasar pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada
anak.
Proses pendidikan dan pembelajaran pada
anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar
yang memliki kebermaknaan melalui pengalaman yang nyata, sehingga anak dapat
memperoleh pengetahuan baru untuk mendapatkan kreativitasnya dan rasa ingin
tahu secara optimal. Pada rentang usia ini anak mengalami masa keemasan / golden age dimana anak mulai peka
terhadap diri dan lingkungannnya dengan melalui stimulasi yang diberikan. Masa
ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
afektif, psikomotorik, bahasa sosio-emosional dan spiritual.
Menurut Smilansky, setiap anak harus
mengalami pengalam bermain yang banyak. Anak usia dini belajar melalui panca
inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan. Kebutuhan sensorimotor
anak didukung ketika disedikan kesempatan untuk berhubungan luas atau di dalam
ruangan. Untuk itu, anak perlu diberikan kesempatan untuk bergerak secara bebas
bermain dan di halaman, dilantai atau dimeja dan dikursi. Kebutuhan sensori
motor anak didukung bila lingkungan baik dalam maupun di luar ruangan
menyediakan kesempatan berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis
bahan bermain berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak.
II.2
Implementasi pandangan Sarah Smilansky dalam Pendidikan AUD
Bermain Kreatif pada dasarnya
bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan
optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan
terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Menurut Catron dan Allen penekanan
dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia
dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual
antar anak yang satu dengan anak yang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa dengan
bermain anak dapat mengembangkan potensi kreatifnya, anak dapat berkreativitas dalam
setiap kegiatan bermainnya. Piaget dan Smilansky dalam Dockett dan Fleer
(1999:59-60) mengemukakan tahapan bermain pada anak usia dini, sebagai berikut
:
1.
Bermain Fungsional ( Fungsional Play )
Bermain
seperti ini berupa gerakan bersifat sederhana dan berulang-ulang.
Contohnya
: berlari-lari, mendorong dan menarik mobil-mobilan.
2.
Bermain Membangun ( Constructive Play )
Kegiatan
bermain ini untuk membentuk sesuatu, menciptakan bangunan dengan alat permainan
yang tersedia.
Contohnya
: menyusun puzzle, lego atau balok kayu.
3.
Bermain Pura-Pura ( Make-Believe Play )
Anak
menirukan kegiatan orang yang dijumpainya sehari-hari atau berperan/ memainkan
tokohtokoh dalam film kartun atau dongeng.
Yang
dimaksud dengan bermain pura-pura dan aplikasinya dalam teori Sarah Smilansky
adalah : dramatic play, dimana
anak melakukan peran imajinatif atau memerankan tokoh yang dikenalnya melalui
film/dongeng/cerita lebih ditekankan pada bermain makro.
Contohnya
: dokter-dokteran, polisi-polisian, atau meniru tukan bakso.
4.
Bermain Peraturan ( Game with Rule )
Dalam
kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi peraturan
permainan. Aturan permainan pada awalnya dapat dan boleh diubah sesuai
kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan asalkan tidak menyimpang jauh
dari aturan umumnya.
Contohnya
: bermain kartu domino, bermain tali, monopoli.
5. Bermain
peraturan dan olahraga (Games with rules
and Sports).
Aturan pada
olahraga jauh lebih ketat dan kaku, namun pada tahap ini anak senang melakukan
kegiatan ini berulang-ulang dan terpacu untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya.
Pada tahap ini, bukan hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan tetapi ada
suatu hasil akhir tertentu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang
baik.
Contohnya
: Bermain kucing dan tikus, sepakbola
Khususnya tentang dramatic play, Smilansky menyakini bahwa
bermain melalui dramatic play sangat penting dalam mengembangkan kreativitas,
intelektual, bahasa dan ketrampilan sosial dan emosional. Tidak semua anak
memiliki pengalaman dramatic play.
Pada intinya bermain sangat mendukung perkembangan kognitif, sosial dan
emosionalnya dan juga merupakan kegiatan yang sangat kondusif semua aspek
perkembangan anak. Melalui dramatic play
anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar
menampilkan peran yang dapat diterima lingkungannya dan juga ketrampilan
bersosialisasi agar kelak mampu menyesuaikan diri dengan kelompok sosial di
masyarakat atau masyarakat ataupun teman sebayanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar