Minggu, 11 Januari 2015

Pandangan Sarah Smilansky tentang Bermain

I.                   PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
            Menurut hasil penilitian , pada usia 4 tahun pertama , separuh kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk. Artinya , kalau pada usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak tidak akan berkembang secar optimal. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah the Golden Ages atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini, di mana semua potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain dan masa trozt alter 1 (masa membangkang tahap 1).
Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan social. Pada Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun social-emosionalnya.
Oleh karena itulah seorang anak seharusnya perlu mendapatkan pendidikan sejak usia mereka masih belia atau masih dalam tahap perkembangan, agar seorang anak tersebut dapat menemukan potensi atau kemampuan diri nya sendiri dan orang tua pun dapat mendukung anak untuk mengikuti pendidikan anak usia dini secara maksimal guna memberi rangsangan terhadap anak untuk menggali potensi yang di miliki nya.

I.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin dikupas diantaranya adalah :
1.      Bagaimana pandangan Sarah Smilansky mengenai perkembangan anak ?
2.      Bagaimana implementasi pandangan Sarah Smilansky dalam Pendidikan AUD ?
1.3    Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan :
1.      Pandangan Sarah Smilansky mengenai perkembangan anak
2.      Implementasi pandangan Sarah Smilansky dalam Pendidikan AUD


II.                PEMBAHASAN

I.1 Pandangan Sarah Smilansky
       Sarah Smilansky adalah seorang guru besar di Tel Aviv, University Israel. Smilansky peduli terhadap psikologi anak dan mengemukakan tentang mengembangkan kognitif anak melalui permainan. Diyakini melalui permainan dan pengamalan nyata membuat anak mempunyai imajinasi. Smilansky dalam Dockett dan Fleer (1999:59) percaya bahwa pendidikan anak usia dini merupakan hal yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka terbentuknya perkembangan dasar-dasar pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada anak.
       Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memliki kebermaknaan melalui pengalaman yang nyata, sehingga anak dapat memperoleh pengetahuan baru untuk mendapatkan kreativitasnya dan rasa ingin tahu secara optimal. Pada rentang usia ini anak mengalami masa keemasan / golden age dimana anak mulai peka terhadap diri dan lingkungannnya dengan melalui stimulasi yang diberikan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa sosio-emosional dan spiritual.
       Menurut Smilansky, setiap anak harus mengalami pengalam bermain yang banyak. Anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika disedikan kesempatan untuk berhubungan luas atau di dalam ruangan. Untuk itu, anak perlu diberikan kesempatan untuk bergerak secara bebas bermain dan di halaman, dilantai atau dimeja dan dikursi. Kebutuhan sensori motor anak didukung bila lingkungan baik dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak.

II.2 Implementasi pandangan Sarah Smilansky dalam Pendidikan AUD
       Bermain Kreatif pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Menurut Catron dan Allen penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual antar anak yang satu dengan anak yang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa dengan bermain anak dapat mengembangkan potensi kreatifnya, anak dapat berkreativitas dalam setiap kegiatan bermainnya. Piaget dan Smilansky dalam Dockett dan Fleer (1999:59-60) mengemukakan tahapan bermain pada anak usia dini, sebagai berikut :
1.      Bermain Fungsional ( Fungsional Play )
Bermain seperti ini berupa gerakan bersifat sederhana dan berulang-ulang.
Contohnya : berlari-lari, mendorong dan menarik mobil-mobilan.
2.      Bermain Membangun ( Constructive Play )
Kegiatan bermain ini untuk membentuk sesuatu, menciptakan bangunan dengan alat permainan yang tersedia.
Contohnya : menyusun puzzle, lego atau balok kayu.
3.      Bermain Pura-Pura ( Make-Believe Play )
Anak menirukan kegiatan orang yang dijumpainya sehari-hari atau berperan/ memainkan tokohtokoh dalam film kartun atau dongeng.
Yang dimaksud dengan bermain pura-pura dan aplikasinya dalam teori Sarah Smilansky adalah : dramatic play, dimana anak melakukan peran imajinatif atau memerankan tokoh yang dikenalnya melalui film/dongeng/cerita lebih ditekankan pada bermain makro.
Contohnya : dokter-dokteran, polisi-polisian, atau meniru tukan bakso.
4.      Bermain Peraturan ( Game with Rule )
Dalam kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi peraturan permainan. Aturan permainan pada awalnya dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan asalkan tidak menyimpang jauh dari aturan umumnya.
Contohnya : bermain kartu domino, bermain tali, monopoli.
5.      Bermain peraturan dan olahraga (Games with rules and Sports).
Aturan pada olahraga jauh lebih ketat dan kaku, namun pada tahap ini anak senang melakukan kegiatan ini berulang-ulang dan terpacu untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya. Pada tahap ini, bukan hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan tetapi ada suatu hasil akhir tertentu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
Contohnya : Bermain kucing dan tikus, sepakbola
Khususnya tentang dramatic play, Smilansky menyakini bahwa bermain melalui dramatic play sangat penting dalam mengembangkan kreativitas, intelektual, bahasa dan ketrampilan sosial dan emosional. Tidak semua anak memiliki pengalaman dramatic play. Pada intinya bermain sangat mendukung perkembangan kognitif, sosial dan emosionalnya dan juga merupakan kegiatan yang sangat kondusif semua aspek perkembangan anak. Melalui dramatic play anak dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, belajar menampilkan peran yang dapat diterima lingkungannya dan juga ketrampilan bersosialisasi agar kelak mampu menyesuaikan diri dengan kelompok sosial di masyarakat atau masyarakat ataupun teman sebayanya.

       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar