HAKIKAT KATEKESE
1.Katekese
1.1 Pengertian Katekese
Dalam Kitab suci terdapat
sejumlah kata katekese. Arti aslinya: membuat bergema, menyebabkan sesuatu
bergaung. Kata katekese ditemukan dalam Luk1:4 (diajarkan); Kis 18:25
(pengajaran dalam Jalan Tuhan); Kis 21:21 (mengajar); Rm 2:18 (diajar); 1 Kor
14:19 (mengajar); Gal 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini, katekese dimengerti
sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen
semakin dewasa dalam iman. Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae, Sri
Paus Yohanes Paulus II menegaskan:
”Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam
iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya
diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar
memasuki kepenuhan hidup Kristen”.
Dengan kata lain, Katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong
umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan
sehari-hari.
1.2. Bentuk Katekese
Ditinjau dari segi penyajiannya, katekese
dapat dibedakan dalam 3 bentuk:
Bentuk praktis: Bentuk ini mengarahkan peserta katekese untuk bergiat dan rajin
mempraktekkan kehidupan agamanya: rajin beribadah, rajin berdoa, dan berdevosi,
serta bergairah menghadiri perayaan Ekaristi dan perayaan lainnya. Sumber
utamanya adalah liturgi Gereja.
Bentuk historis: Bentuk ini memperdalam pengenalan umat akan sejarah
penyelamatan dari pihak Allah, yang diawali dengan janji-janji mesianis dalam
PL dan memuncak dalam pribadi Yesus Kristus dalam PB. Sumber utamanya adalah
Kitab Suci.
Bentuk sistematis: Bentuk ini menyajikan kepada umat ajaran teologis dan
dogmatis yang tersusun secara sistematis, singkat, dan padat. Sumber utamanya
adalah buku Katekismus.
1.3. Beberapa Peristilahan
Dibawah ini, kami urutkan sejumlah istilah
yang kerap ditemukan AL:
Katekismus : buku pelajaran iman yang isinya bentuk tanya jawab.
Katekese: Pembinaan iman.
Katekumen: calon babtis, orang-orang yang belajar percaya.
Katekumenat: masa persiapan calon babtis, umumnya selama 1 tahun.
Katekis: pembina iman atau guru iman. Katekis dapat dibagi menjadi dua bagian
yakni: yang pertama adalah Katekis Paroki yang bertanggungjawab atas umat di
seluruh paroki, dan kedua adalah Katekis Wilayah yang bertugas atas sejumlah
stasi.
Kateketik: ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang mempelajari segala
sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman.
Kateket: sebutan untuk para pakar di bidan ilmu Kateketik.
1.4. Katekismus
Secara umum diketahui bahwa dalam sejarah
baru terdapat 2 buah Katekismus Universal dalam Gereja Katolik yakni:
Katekismus Trente 1566, hasil dari Konsili Trente
Katekismus Gereja Katolik, yang dimaklumkan pemakaiannya oleh Sri Paus Yohanes
Paulus II pada tahun 1992. Katekismus universal yang kedua ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Katekismus Gereja Katolik,
oleh P. Herman Embuiru, SVD, (Ende: Propinsi Gerejawi Ende, 1995), 813 halaman.
1.5 Tugas Utama Katekese
Secara ringkas dapat ditunjuk 3 tugas utama
katekese:
Katekese memberitakan sabda Allah, mewartakan Kristus: pewartaan diri Kristus
Katekese mendidik untuk beriman: menciptakan suasana agar iman dirasakan,
bertumbuh dan berbuah.
Katekese mengembangkan Gereja: tidak ada katekese yang benar kalau bukan dalam konteks
kegerejaan.
2. Perkembangan Katekese di Indonesia
Mulai tahun 1977, Komisi
Kateketik Indonesia (Komkat MAWI/KWI) menyelenggarakan pertemuan kateketik
nasional, yang dihadiri oleh utusan dari seluruh keuskupan di Indonesia. Hingga
sekarang sudah 10 kali diadakan pertemuan ”PKKI” (Pertemuan Kateketik
antar-Keuskupan se-Indonesia), yang sifatnya nasional. Pertemuan pertama (1977)
mencari dan membahas arah Katekese di Indonesia yang kemudian disepakati bahwa
yang dikembangkan di Indonesia adalah Katekese Umat. Katekese Umat di negara
kita cukup subur, menggembirakan, dan sangat mengharapkan tenaga para pembina.
Misalnya saja bina iman yang biasa disebut pendalamn iman. Hasilnya sangat
mengharukan, membuat orang bertobat kembali, dan tumbuh niat-niat untuk hidup
lebih suci.
ILMU KATEKETIK
1. Definisi Ilmu Kateketik
1.1.Definisi yang Tidak Lengkap
Pada tahun 1968 bidang
studi ilmu Kateketik diajarkan di Universitas Pontifikal Salesiana Roma, yang
dikelola oleh Kongregasi Salesiana (SDB). Saat itu muncul kamus-kamus yang
mencatat pengertian Kateketik tapi tidak lengkap. Dalam kamus-kamus itu
tercatat: Kateketik adalah teori tentang katekese; Kateketik adalah refleksi
atas karya Gereja.; Kateketik adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana mewartakan
ajaran Kristus kepada kaum muda dan orang dewasa.
1.2.Definisi yang Lebih Memadai
Kateketik adalah studi
ilmiah perihal katekese dengan menggunakan metode dan sistem yang spesifik.
Definisi ini lebih sempit namun lebih jelas. Katekese benar-benar sebuah
”realitas” khas kegerejaan yang harus terus dikaji dan dikembangkan sesuai
dengan keadaan zaman.
2. Medan Tugas Ilmu Kateketik
Dibawah ini ada 4 macam medan tugas ilmu
kateketik AL:
Ilmu Kateketik membahas seluruh permasalahan yang berhubungan dengan inisiasi
Kristen. Artinya sebagai ilmu, Kateketik memberi tuntutan untuk menyiapkan
suatu katekese demi terciptanya orang Kristen sejati dan dewasa di masa
mendatang baik itu kepada anak-anak, kaum muda, remaja, orang dewasa, dan
golongan tua.
Ilmu Kateketik menyusup ke semua tempat di mana pewartaan iman dan pendidikan
Kristen dimungkinkan.
Ilmu Kateketik memberi bimbingan dan menunjuk cara yang efektif untuk
pengajaran agama di sekolah-sekolah.
Ilmu Kateketik tidak saja menangani masalah yang berhubungan dengan pengajaran seperti
dogmatis, biblis, moral, dan liturgis demi pendewasaan umat beriman, tetapi
juga termasuk tugas mendidik umat beriman dalam keseharian mereka misalnya:
berdoa, menerima sakramen, dan juga berbakti dalam kepentingan umum.
3. Keterkaitan Kateketik dengan Ilmu-ilmu
Lain
Kateketik mempunyai kaitan dengan ilmu lain
yakni:
Antara Kateketik dan ilmu moral, tidak disangkal bahwa bina moral adalah suatu
tugas dari ilmu pendidikan agama. Menurut Frattalone Ilmu Kateketik melakukan
dialog intidisipliner dengan ilmu moral bila secara kritis merefleksikan isi
bina iman.
Kaitan antara Kateketik dan Pastoral Kaum Muda sangat erat. Katekese menduduki
tempat menetap dalam pastoral kaum muda.
Kaitan antara Kateketik dan teologi, dijelaskan oleh Romo Hardawirjana dimana
katekese memerlukan teologi dalam pengolahan iman yang kita miliki.
Menurut Alberich mengemukakan bahwa kateketik sebagai sebuah refleksi ilmiah
atas pembinaan iman termasuk bagian dari teologi pastoral atau teologi
praktika; dan sebagai refleksi ilmiah atas pendidikan iman termasuk bagian ilmu
pedagogi keagamaan.
4.Obyek Formal dan Material Ilmu Kateketik
Obyek formal Ilmu Kateketik adalah
Pengkomunikasian dan pendidikan iman. Sedangkan Obyek material ilmu Kateketik
adalah jemaat Kristen/jemaat beriman. Untuk menangani obyek formal ini, secara
ringkas hendak disebutkan 3 jenis pelayanan ilmu Kateketik, yakni:
1)Mendayagunakan lembaga ilmiah: lewat lembaganya, ilmu Kateketik membahas
secara teratur dan sistematis keseluruhan praktek berkatekese, dan berupaya
menggumulinya seturut prinsip-prinsip dasar yang dianutnya.
2)Mengkaji teori-teori katekese:Secara khusus ilmu Kateketik bergumul dengan
teori-teori katekese untuk menerangkan secara teratur dan sistematis teori yang
pernah ada dan yang sedang dipergunakan termasuk teori katekese untuk kelompok
kategorial seperti katekese anak-anak, pelajaran agama di sekolah dan
lain-lain.
3)Melakukan intervensi: Intervensi adalah konkretisasi teori yang hendak
dipraktekkan. Pada waktu yang bersamaan, ilmu kateketik menjadi wadah untuk
menguji coba suatu teori. Operasionalisasi intervensi terdiri dari: memahami
problem-problem yang riil ada dan menganalisisnya, mengemukakan saran-saran
dari satu pihak menjelaskan penyebab masalah dan pihak lain menunjuk arah untuk
mengatasi problem konkret.
5.Metode Penelitian Ilmu Kateketik
Problem metode dalam penelitian kateketik
bersifat kompleks dan dapat menyebabkan berbagai kesulitan bagi mereka yang
baru menekuninya. Umumnya dapat dikatakan bahwa metode penelitian ilmu
Kateketik sangat dibatasi oleh problem karakteristik, yang hendak diatasi atas
cara sientifik dan operatif.
Metode penelitian Kateketik diupayakan dengan cara sebagai berikut:
1)Memanfaatkan ilmu teologi dan pedagogi (ilmu pendidikan): sekalipun isi
katekese tidak datang dari teologi tetapi dari tradisi Kristen, namun ilmu
Kateketik sangat membutuhkan hasil refleksi dan kajian ilmu teologi.
2)Metode yang diintegrasikan
3)Metode yang kurang tepat: Sinkretisme yakni proses pengambilan hasil-hasil
ilmi-ilmu gerejawi dan profan tanpa suatu kriteria dan norma. Deduktivisme
yakni kecenderungan untuk meyakini bahwa dari teologi kita dapat menarik dengan
mudah suatu teori dan model bagi sebuah katekese otentik atau menganggap
katekese sebagai sebuah teologi mini. Instrumentalisasi ilmu-ilmu human yakni
metode yang sesat karena membatasi pada teologi saja sehingga prosesnya
merugikan ilmu Kateketik dan katekese sendiri. Kesesatan kerap terjadi karena
instrumentalisasi ilmu teologi dan pedagogi.
6. Bidang Kajian Ilmu Kateketik
Di bidang keilmuan, bagi ilmu Kateketik
tersedia lahan luas, yang sarat materi spesifik untuk dikaji AL:
1)Kateketik Umum: metode katekese, sarana, tujuan, dan subyek.
2)Kateketik yang menggekuti isi pewartaan: katekese moral, dan katekese
liturgis.
3)Kateketik yang mengembangkan katekese audio-visual.
4)Kateketik yang memikirkan pendayagunaan perangkat pembinaan iman dalam
Gereja.
5)Kateketik yang berkecimpung dalam hal penyusunan bahan pembinaan seturut
situasi khusus, seperti pelajaran agama di sekolah.
6)Kateketik yang mengolah bahan pembinaan seturut tingkat umur, seperti
katekese remaja, anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa.
7)Kateketik yang berkecimpung dalam hal evaluasi dan eksperimen untuk katekese
umat dan katekese sekolah.
TUGAS DAN PERANAN KATEKESE
Di bawah ini ada beberapa tugas dan peranan
katekese yaitu:
1)Menyuburkan semangat pertobatan
2)Meneguhkan iman orang Kristen
3)Mendampingi dinamika pertumbuhan iman
AGAMA DAN PENGERTIANNYA
Agama, bangsa kita, Indonesia, adalah sesuatu
yang sangat vital. Sila pertama falsafah hidup negara kita mengisyaratkan bahwa
seluruh rakyat Indonesia adalah manusia beragama. Setiap warga tergolongkan
dalam salah satu agama yang diakui secararesmi di Tanah Air. Agama adalah
sebuah kata yang berasal dari bahasa Sakskerta. Dari analisis linguistiknya ada
dua jenis penjelasan:
1.Keterangan menurut Kitab Samdarigama: Kata ”agama” terdiri dari suku kata
a-ga-ma : a sebagai awalan berarti ”tidak”; gam berarti pergi atau berjalan;
a sebagai akhiran menunjuk sifat. Jadi secara etimologis, agama menunjuk pada
arti ”keadaan tidak pergi”, ”tetap dan kekal”. Agama dipahami sebagai pedoman
menuju kekekalan.
2.Keterangan menurut kitab Sunarigama: Kata agama terdiri dari suku kata
a-ga-ma berarti terang, matahari. Arti dari paduan kata itu tidak jelas,namun
ditafsirkan sebagai ”pengajaran yang menguraikan tata cara yang semuanya penuh
misteri karena Tuhan dianggap bersifat rahasia”.
ASPEK UTAMA PENGAJARAN AGAMA
Ada lima aspek yang menjadi dasar untuk
membimbing secara efektif para peserta menuju kematangan hidup sebagai seorang
Kristen:
1)Keakraban Guru Agama dengan Pastor Paroki
2)Persiapan Pelajaran
3)Waktu yang sesuai
4)Pembaruan diri (membuat jadi efektif)
5)Penguasaan Metode-metode Baru.
METODE PENGAJARAN AGAMA
Ada beberapa macam metode pengajaran agama
yakni:
1)Metode Penjelasan atau Metode Katekismus
2)Metode Penjelasan Pokok Pikiran
3)Metode Munchen (memberi arti, perhatian dan kesatuan pelajaran)
4)Metode Aktif
5)Metode Menggali Pengalaman
6)Metode Sower (sesuai daya tangkap dan minat)
7)Metode Shields (tidak memaksa, sesuai dengan kebutuhan)
8)Metode Induktif dan Deduktif
9)Metode Naratif-Eksperiensial :cerita-cerita, sesuai nilai religius, moral,
sosial lain-lain.
10)Metode Dialog Partisipatif
PRAKTEK MENGAJAR AGAMA DALAM KELOMPOK
Praktek mengajar agama dalam kelompok yang
terdiri dari:
1)Tujuan Praktek
2)Nilai-nilai
3)Koreksi
4)Kesan
5)Rangkuman dan saran
KATEKIS SEKOLAH
Menjealang fungsi sebagai katekis atau guru
agama di sekolah merupakan salah satu jalur perwujudan panggilan dan fungsi
para imam sebagai alter Crhistus dalam masanya yakni:
1)Imam sebagai Katekis Sekolah
2)Katekis mempunyai tugas mulia (mendidik anak untuk menjadi baik)
3)Spiritualitas Katekese-Guru Agama (lebih kepada cinta, dan kasih)
Sumber Bahan:
1. Marianus Telambanua, OFMCap, Ilmu Kateketik Identitas, Metode, dan
Peserta Katekese Gerejawi, Sinasak Pematangsiantar, 1997
2. Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan
Katekese), Seri Dokumenteasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992
3. AP Budiyanto Hd (editor), Bunga Rampai Katekese, Dikeluarkan oleh
Sekolah Tinggi Pastoral, filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009
4. Yosep Lalu, Pr, Katekese Umat, Komisi Kateketik KWI, Jakarta 2007
5. J.S. Setyokaryono, SJ, Arah Katakese di Indonesia dari Tahun
1976-1996, Puskat Yogyakarta, 1997
6. Y. Gowing B, Pr., Katekese Umat dan Analisa Sosial, 1993
7. Y. Gowing B, Pr., Memebekali dan Melatih Fasilitator KU, Gita Kasih Kupang, 2008
8. KWI, Iman
Katolik, Buku Informasi dan Refrensi, Kanisius Jogyakarta dan Obor,
Jakarta, 1996
9. YB, Banawiratmo, SJ, Kemiskinan dan Pembebasan, Kanisius Jogya, 1987
10. Th. Hubert Sj, Katekese Umat Hasil PKKI II, Kanisius, Jogyyakakarta, 1981
11. Komkat KWI, Model-Model KU dengan Metode Ansos, Komkat KWI, Jakarta 1996
12. Komkat KWI, KU dan Evangelisasi Baru, Kanisius, Jogykarta, 1995
13. Papo Yakop Drs, Memantapkan Wawasan Dan Keterampilan Para Penggerak Katekese, Pusat
Pastoral KAE, 1998
14. Intan Saksi Pius X, Drs, Katekese Umat, IPI Malang, 2000