TUGAS SOSIOLOGI
ANALISIS SOSIAL WILAYAH MIKAEL MBELANG
STASI NGALIYAN
PAROKI
ST.ISIDORUS SUKOREJO
Dosen : Antonius Andi Wasianto, SS
Nama : Yanuaria Eka Sari
NIM
: 13945
SEKOLAH
TINGGI PASTORAL KATEKETIK ST.FRANSISKUS ASSISI
JALAN
RONGGOWARSITO 8 SEMARANG
I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Paradigma
gerakan STPKat adalah kritis transformatif, artinya mahasiswa dituntut peka dan
mampu membaca realitas sosial secara objektif atau kritis, sekaligus terlibat
aktif dalam aksi perubahan sosial. Untuk dapat melakukan pembacaan sosial
secara kritis, mutlak diperlukan kemampuan analisis sosial secara baik. Dalam
analisis sosial ini penulis mencoba mengamati umat yang berada di Wilayah
Mikael Stasi Ngaliyan Paroki Sukorejo. Model analisis yang digunakan untuk
menganalisis sendiri adalah menggunakan metode analisis SWOT. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength), dan
peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknessess) dan ancaman (Threats).
I.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
kekuatan – kekuatan hal hal positif yang ada pada umat katolik di Lingkungan
Mikael ( jumlah umat, peran umat di masyarakat, kelebihan yang dimiliki,
keadaan sosial) ?
2.
Apa kelemahan
atau kesulitan yang dialami umat ( masalah komunikasi, pola pikir masyarakat,
hal pengahambat kemajuan) ?
3.
Apa
kesempatan atau potensi ( keadaan alam, perkembangan daerahnya, semangat warga)
?
4.
Apa
ancaman atau faktor negatif dan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dialami
masyarakat ?
I.3 Tujuan
1.
Mengetahui
kekuatan, peluang atau potensi, kelemahan, ancaman serta hambatan yang ada di
Stasi Ngaliyan khususnya wilayah Mikael dengan menggunakan metode ansos SWOT.
I.4 Manfaat
1.
Melatih
mahasiswa untuk terampil dalam menganalisis suatu permasalahn menggunakan
metode SWOT.
2.
Melatih
mahasiswa untuk dapat lebih peka dengan permasalahan, potensi, ancaman serta
hambatan pada suatu daerah tertentu.
II.
PEMBAHASAN
II.1
Pengertian Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam
hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka.
Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat
digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian,
dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan
teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”.
Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang
kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang
amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai
perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau
anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat
yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang
sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Adapun
yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
1.
Didalam masyarakat
pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat
bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
2.
Sistem kehidupan
umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
3.
Sebagian besar warga
masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
4.
Masyarakat tersebut
homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan
sebagainya.
II.2 Wilayah Mikael Belang Stasi Ngaliyan
Stasi Triniji Suci Ngaliyan merupakan satu-satunya
stasi yang secara geografis berada diluar wilayah Paroki St.Isidorus Sukorejo
Kendal, karena Stasi Ngaliyan yang secara geografis masuk dalam Kabupaten
Temanggung dan yang seharusnya masuk dalam Paroki Parakan tetapi karena alasan
jarak yang jauh untuk mencapai paroki serta perkembangan masuknya misionaris ke
wilayah Desa Ngaliyan terlebih dulu orang yang berasal dari Paroki Sukorejo maka
dari itu Stasi Ngaliyan kemudian dimasukan dalam Paroki St.Isidorus Sukorejo
Kendal.
Umat Katolik di Desa Ngaliyan adalah 40% dari
keseluruhan warga Desa Ngaliyan yang tersebar dalam 5 dusun. Paguyuban warga di
Desa Ngaliyan sangatlah guyub jarang terjadi konflik karena perbedaan agama
atau perbedaan lainya ditandai dengan dahulu sempat adanya umat Katolik yang
menjadi kepala dan sekarangpun umat Katolik ada yang menjadi perangkat desa.
Kekerabatan juga masih kental bisa dilihat dengan sistem tempat tinggal yang
satu deret ternyata masih satu saudara.
Stasi Ngaliyan dengan ketua stasi Bapak Markus Nurwito
terbagi dalam 9 wilayah yang terdiri dari 160 KK (Kepala Keluarga), termasuk
Wilayah Mikael Mbelang. Wilayah Mikael sendiri terdiri dari 18 KK yang rata
rata dalam satu KK terdiri dari 3-6 anggota keluarga. Ketua dari wilayah Mikael
Mbelang sendiri adalah Bapak Albanus Suliswanto yang mulai menjabat tahun 2012
dan sebelumnya diketui oleh Bapak Suparno.
Warga Wilayah Mikael Mbelang hampir semua
bermatapenacaharian sebagai buruh tani, dan yang bermatapencaharian sebagai
PNS, pedagang, wiraswasta bisa dihitung. Komoditas utama yang dihasilkan adalah
jagung dan padi. Biasanya jika musim tanam atau musim panen warga
bergotong-royong saling membantu dengan yang lain meskipun kadang ada salah
seorang juga lebih memilih untuk mempekerjakan dengan alasan keefisienanya dan
kecepatanya. Keadaan geografisnya bisa dilihat tanahnya yang subur sehingga
jika ditanami palawija pasti tumbuh dan berbuah. Selain mereka menanam jagung
dan padi biasanya juga untuk hasil sampinganya juga menanam palawija lainya
seperti: cabe, kentang, kacang-kacangan, kopi dll.
Selain gotong-royong yang masih guyub warga Wilayah
Mikael Mbelang Ngaliyan ini juga masih memegang tradisi Jawa, seperti contoh:
tradisi Nyadran yang dilakukan pada Jumat Kliwon menurut hari Jawa untuk
pembukaan bulan Suro, tradisi Baritan yang dilakukan selama bulan Suro yaitu
selamatan di perempatan jalan yang menurut mitos meminta keselamatan pada Yang
Kuasa. Kekerabatan di Wilayah ini juga masih kental bisa dilihat dari tempat
tinggalnya yang sederatan ternyata masih satu keluarga besar.
II.3 Analisis SWOT Wilayah Mikael Mbelang
Suatu kegiatan akan dapat dilaksanakan dengan baik dan
mencapai sasaran jika sebelumnya dilakukan suatu perencanaan yang matang (Sanjaya: 2009). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai
sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya
masing-masing. Analisa SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada suatu masalah sehingga mampu
memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun
peluang.
Diperoleh data analisis sebagai berikut :
II.3.1 Strength (Kekuatan)
1. Gotong-royong antar warga yang masih guyub sehingga
masih tercipta kerukunan antar warga, rasa sosial yang masih tinggi, dan ketentraman
dalam satu wilayah
2. Hubungan baik antar warga sehingga tidak terjadi
perpecahan meskipun berbeda agama
3. Mempunyai tanah yang subur sehingga memungkinkan warga
bercocoktanam untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya dari hasil
bercocoktanam
4. Warga yang semakin sadar akan pentingnya pendidikan
sehingga semakin banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya tidak hanya
sebatas lulus SMP
5. Sebagian warga mulai sadar dengan kemajuan jaman,
seperti kemajuan teknologi. Sekarang banyak orang mempunyai handphone sehingga
memudahkan untuk berkomunikasi.
II.3.2 Weakness (Kelemahan)
1. Kurangnya
kesadaran akan pentingnya doa bersama diwilayah
2. Masih
tertanam pola pikir jaman dulu yang menghambat dan sulit diajak maju
3. Alat
komunikasi selain menjadi kekuatan juga menjadi kelemahan karena warga sudah
dimudahkan dengan adanya handphone menjadikan banyak anak menjadi terganggu jam
belajarnya, warga menjadi malas untuk bersilahturahmi
4. Mental
warga yang cepat puas dengan keadaan
5. Kesadaran
untuk berkumpul yang semakin menurun .
II.3.3 Opportunity (Peluang)
1. Keadaan
alam yang mendukung untuk lebih dikembangkan demi kemajuan desa
2. Semangat
guyub gotong-royong yang masih tertanam untuk menumbuhkan kembali kesadaran
berkumpul untuk berdoa bersama
3. Warga
sudah ada yang mulai sadar akan kemajuan jaman, penyadaran lebih-lebih untuk
yang masih berpikiran kolot supaya bisa dan mau diajak maju.
II.3.4 Threat (Ancaman)
1. Warga
yang terlalu sibuk (pulang sore) dengan urusan pekerjaan (buruh tani), kemudian
menjadi kecapekan menjadi faktor menurunnya kesadaran untuk berkumpul berdoa
bersama
2. Doa-doa
di wilayah menjadi sepi karena sedikit yang datang
3. Kaum
muda yang bekerja merantau dan para remaja yang bersekolah keluar menjadi
faktor vakumnya kegiatan mudika diwilayah.
III.
PENUTUP
III.1
Simpulan
Dari analisis diatas
dapat disimpulkan bahwa warga Wilayah Mikael Belang Ngaliyan sebenarnya mempunyai
potensi untuk maju hanya perlu penyadaran kembali akan pentingnya membangun
hidup rohani dan untuk lebih sadar akan pentignya berkumpul bersama untuk
berdoa bersama. Karena didunia tidak semata untuk mengurus ladang saja tetapi
harus diimbangi dengan hidup rohani yang baik. Selain itu warga juga diajak
untuk lebih bijaksana dalam menanggapi kemajuan jaman, penyadaran untuk tidak
cepat puas akan apa yang sudah dicapai.
Karena bisa dilihat dari analisis warga terlihat kurang bisa memanfaatkan dengan
baik dengan adanya teknologi baru seperti halnya handphone. Dan untuk ancaman
vakumnya kegiatan mudika dapat diminimalisir dengan mengajak kembali aktif para
muda mudi yang tidak merantau untuk kembali menghidupkan kegiatan-kegiatan
mudika diwilayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar