Katekis yang diharapkan
Kehidupan dan jati
diri seorang Katekis tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, baik
dalam keluarga, lingkungan maupun sebagai anggota Gereja dan Masyarakat.
Mengingat keberadaan katekis di kalangan masyarakat dan umat beriman Katolik
lainnya, sudah sepantasnya seorang katekis harus memenuhi beberapa kriteria
atau persyaratan, dimana kriteria atau persyaratan tersebut bertujuan untuk
menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya dengan baik dan penuh tanggung
jawab, serta diharapkan dapat tampil sebagai sosok pribadi yang bermutu, baik
menyangkut hidup rohani maupun pribadinya sehingga ia mampu membawa orang lain
sungguh mengenal dan mengimani Yesus Kristus.
Berikut aneka
Kriteria atau persyaratan yang diperlukan untuk menjadi seorang katekis :
·
Memiliki Hidup rohani yang mendalam (doa,
membaca kitab suci, devosi)
·
Memiliki nama baik sebagai pribadi dan
keluarga (dalam hidup iman dan moral)
·
Diterima oleh umat (dapat diterima oleh
umat di mana ia tinggal)
·
Mempunyai komitmen yang tinggi untuk
mewartakan kabar gembira (dedikasi).
·
Mempunyai pengetahuan yang memadai
(kitabsuci, moral, teologi, liturgy, dsb)
·
Mempunyai keterampilan yang cukup (yang
diperlukan dalam proses pewartaannya)
Dalam upaya menghayati dan menyadari jati diri sebagai
katekis, seorang katekis mampu mengembangkan semangat hidup yang dapat
dijadikam tolak ukur tugas perutusannya, antara lain :
·
Katekis adalah orang beriman (dapat
menjadi contoh orang beriman lainnya).
·
Katekis mempunyai intimitas dengan yang
ilahi (dengan memiliki hidup rohani yang mendalam).
·
Katekis terbuka pada karya Roh Kudus
(menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah Roh
Kudus.
·
Menyadari panggilan dan dan perutusannya
(bersyukur karena merupakan panggilan dari Allah).
·
Katekis adalah anggota keluarga (relasi
dengan keluarga).
·
Katekis adalah anggota umat (relasi yang
baik dengan umat).
·
Katekis adalah pribadi yang sederhana dan
rendah hati (tidak sombong dan arogan).
·
Katekis bersemnagat melayani (memiliki
sikap dan semangat melayani seperti Yesus Kristus).
·
Katekis rela berkorban (berkorban waktu,
tenaga, kepentingan pribadi, keluarga, harta).
·
Katekis tetaplah awam (tetaplah seorang
awam dan bukan hierarki).
·
Katekis mau belajar terus menerus (belajar
terus menerus agar dirinya berkembang dan karyanya dapat dipertanggunjawabkan).
·
Katekis dapat bekerja sama (dapat
bekerjasama baik dengan pastor paroki, pengurus dewan paroki, lingkunan dan
pihak-pihak lainnya, karena keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari
keseluruhan reksa pastoral).
·
Metode pengajaran yang effektif dan
effisien dalam mewartakan kabar gembira haruslah berciri diagonal, yang
menekankan pentingnya hubungan pribadi antara katekis dan para pendengarnya.
Bilamana hubungan pribadi antara keduanya sudah terbangun dengan baik, proses
pewartaan ini sungguh menarik karena keduanya dapat merasakan perkembangan
bersama dalam iman dan hidup rohani.
·
Katekis juga diharapkan mau dan mampu
mengusahakan dan menggunakan media komunikasi yang sesuai dan memadai.
“Kan. 779 Hendaknya pengajaran kateketik diberikan dengan mempergunakan segala bantuan, sarana didaktis dan alat-alat komunikasi sosial yang dipandang lebih efektif, agar kaum beriman, mengingat sifat, kemampuan, umur dan keadaan hidupnya, dapat mempelajari ajaran katolik dengan lebih lengkap dan dapat mempraktekkannya dengan lebih tepat.”
“Kan. 779 Hendaknya pengajaran kateketik diberikan dengan mempergunakan segala bantuan, sarana didaktis dan alat-alat komunikasi sosial yang dipandang lebih efektif, agar kaum beriman, mengingat sifat, kemampuan, umur dan keadaan hidupnya, dapat mempelajari ajaran katolik dengan lebih lengkap dan dapat mempraktekkannya dengan lebih tepat.”
Katekis disamping
secara pribadi terus menerus belajar untuk meningkatkan pengetahuannya, maka
hendaknya katekis juga mengikuti pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh
Ordinaris Wilayah, dimana sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik sebagai
berikut : Kan. 780 “Hendaknya para Ordinaris wilayah berusaha agar para
katekis disiapkan dengan semestinya untuk dapat melaksanakan tugas mereka
dengan sebaik-baiknya, yakni supaya dengan diberikan pembinaan yang
terus-menerus mereka memahami dengan baik ajaran Gereja dan mempelajari secara
teoretis dan praktis norma-norma yang khas untuk ilmu-ilmu pendidikan.”
Pembinaan-pembinaan
yang hendaknya di ikuti oleh katekis adalah :Meningkatkan kualitas katekis,
baik hidup pribadi maupun tugas perutusannya, Meningkatkan kerjasama antar
katekis, mewujudkan regenerasi dan kaderisasi katekis dengan cara membuka diri
dan hati terhadap keterlibatan katekis yang masih muda dan belum berpengalaman.
Dimana pembinaan tersebut bisa terjadi bilamana katekis mempunyai kesetaraan,
keterbukaan dan tanggungjawab.
Apakah anda
terpangil menjadi katekis "berdoalah dan mohon terang Roh Kudus"
untuk menjawab perutusan yang Allah berikan kepada diri kita.
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit." (Mat 9:37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar