HAKIKAT KATEKESE
1.Katekese
1.1 Pengertian Katekese
Dalam Kitab suci terdapat
sejumlah kata katekese. Arti aslinya: membuat bergema, menyebabkan sesuatu
bergaung. Kata katekese ditemukan dalam Luk1:4 (diajarkan); Kis 18:25
(pengajaran dalam Jalan Tuhan); Kis 21:21 (mengajar); Rm 2:18 (diajar); 1 Kor
14:19 (mengajar); Gal 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini, katekese dimengerti
sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen
semakin dewasa dalam iman. Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae, Sri
Paus Yohanes Paulus II menegaskan:
”Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”.
Dengan kata lain, Katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari.
”Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”.
Dengan kata lain, Katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2. Bentuk Katekese
Ditinjau dari segi penyajiannya, katekese
dapat dibedakan dalam 3 bentuk:
Bentuk praktis: Bentuk ini mengarahkan peserta katekese untuk bergiat dan rajin mempraktekkan kehidupan agamanya: rajin beribadah, rajin berdoa, dan berdevosi, serta bergairah menghadiri perayaan Ekaristi dan perayaan lainnya. Sumber utamanya adalah liturgi Gereja.
Bentuk historis: Bentuk ini memperdalam pengenalan umat akan sejarah penyelamatan dari pihak Allah, yang diawali dengan janji-janji mesianis dalam PL dan memuncak dalam pribadi Yesus Kristus dalam PB. Sumber utamanya adalah Kitab Suci.
Bentuk sistematis: Bentuk ini menyajikan kepada umat ajaran teologis dan dogmatis yang tersusun secara sistematis, singkat, dan padat. Sumber utamanya adalah buku Katekismus.
Bentuk praktis: Bentuk ini mengarahkan peserta katekese untuk bergiat dan rajin mempraktekkan kehidupan agamanya: rajin beribadah, rajin berdoa, dan berdevosi, serta bergairah menghadiri perayaan Ekaristi dan perayaan lainnya. Sumber utamanya adalah liturgi Gereja.
Bentuk historis: Bentuk ini memperdalam pengenalan umat akan sejarah penyelamatan dari pihak Allah, yang diawali dengan janji-janji mesianis dalam PL dan memuncak dalam pribadi Yesus Kristus dalam PB. Sumber utamanya adalah Kitab Suci.
Bentuk sistematis: Bentuk ini menyajikan kepada umat ajaran teologis dan dogmatis yang tersusun secara sistematis, singkat, dan padat. Sumber utamanya adalah buku Katekismus.
1.3. Beberapa Peristilahan
Dibawah ini, kami urutkan sejumlah istilah
yang kerap ditemukan AL:
Katekismus : buku pelajaran iman yang isinya bentuk tanya jawab.
Katekese: Pembinaan iman.
Katekumen: calon babtis, orang-orang yang belajar percaya.
Katekumenat: masa persiapan calon babtis, umumnya selama 1 tahun.
Katekis: pembina iman atau guru iman. Katekis dapat dibagi menjadi dua bagian yakni: yang pertama adalah Katekis Paroki yang bertanggungjawab atas umat di seluruh paroki, dan kedua adalah Katekis Wilayah yang bertugas atas sejumlah stasi.
Kateketik: ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman.
Kateket: sebutan untuk para pakar di bidan ilmu Kateketik.
Katekismus : buku pelajaran iman yang isinya bentuk tanya jawab.
Katekese: Pembinaan iman.
Katekumen: calon babtis, orang-orang yang belajar percaya.
Katekumenat: masa persiapan calon babtis, umumnya selama 1 tahun.
Katekis: pembina iman atau guru iman. Katekis dapat dibagi menjadi dua bagian yakni: yang pertama adalah Katekis Paroki yang bertanggungjawab atas umat di seluruh paroki, dan kedua adalah Katekis Wilayah yang bertugas atas sejumlah stasi.
Kateketik: ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman.
Kateket: sebutan untuk para pakar di bidan ilmu Kateketik.
1.4. Katekismus
Secara umum diketahui bahwa dalam sejarah
baru terdapat 2 buah Katekismus Universal dalam Gereja Katolik yakni:
Katekismus Trente 1566, hasil dari Konsili Trente
Katekismus Gereja Katolik, yang dimaklumkan pemakaiannya oleh Sri Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1992. Katekismus universal yang kedua ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Katekismus Gereja Katolik, oleh P. Herman Embuiru, SVD, (Ende: Propinsi Gerejawi Ende, 1995), 813 halaman.
Katekismus Trente 1566, hasil dari Konsili Trente
Katekismus Gereja Katolik, yang dimaklumkan pemakaiannya oleh Sri Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1992. Katekismus universal yang kedua ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Katekismus Gereja Katolik, oleh P. Herman Embuiru, SVD, (Ende: Propinsi Gerejawi Ende, 1995), 813 halaman.
1.5 Tugas Utama Katekese
Secara ringkas dapat ditunjuk 3 tugas utama
katekese:
Katekese memberitakan sabda Allah, mewartakan Kristus: pewartaan diri Kristus
Katekese mendidik untuk beriman: menciptakan suasana agar iman dirasakan, bertumbuh dan berbuah.
Katekese mengembangkan Gereja: tidak ada katekese yang benar kalau bukan dalam konteks kegerejaan.
Katekese memberitakan sabda Allah, mewartakan Kristus: pewartaan diri Kristus
Katekese mendidik untuk beriman: menciptakan suasana agar iman dirasakan, bertumbuh dan berbuah.
Katekese mengembangkan Gereja: tidak ada katekese yang benar kalau bukan dalam konteks kegerejaan.
2. Perkembangan Katekese di Indonesia
Mulai tahun 1977, Komisi
Kateketik Indonesia (Komkat MAWI/KWI) menyelenggarakan pertemuan kateketik
nasional, yang dihadiri oleh utusan dari seluruh keuskupan di Indonesia. Hingga
sekarang sudah 10 kali diadakan pertemuan ”PKKI” (Pertemuan Kateketik
antar-Keuskupan se-Indonesia), yang sifatnya nasional. Pertemuan pertama (1977)
mencari dan membahas arah Katekese di Indonesia yang kemudian disepakati bahwa
yang dikembangkan di Indonesia adalah Katekese Umat. Katekese Umat di negara
kita cukup subur, menggembirakan, dan sangat mengharapkan tenaga para pembina.
Misalnya saja bina iman yang biasa disebut pendalamn iman. Hasilnya sangat
mengharukan, membuat orang bertobat kembali, dan tumbuh niat-niat untuk hidup
lebih suci.
ILMU KATEKETIK
1. Definisi Ilmu Kateketik
1.1.Definisi yang Tidak Lengkap
Pada tahun 1968 bidang
studi ilmu Kateketik diajarkan di Universitas Pontifikal Salesiana Roma, yang
dikelola oleh Kongregasi Salesiana (SDB). Saat itu muncul kamus-kamus yang
mencatat pengertian Kateketik tapi tidak lengkap. Dalam kamus-kamus itu
tercatat: Kateketik adalah teori tentang katekese; Kateketik adalah refleksi
atas karya Gereja.; Kateketik adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana mewartakan
ajaran Kristus kepada kaum muda dan orang dewasa.
1.2.Definisi yang Lebih Memadai
Kateketik adalah studi
ilmiah perihal katekese dengan menggunakan metode dan sistem yang spesifik.
Definisi ini lebih sempit namun lebih jelas. Katekese benar-benar sebuah
”realitas” khas kegerejaan yang harus terus dikaji dan dikembangkan sesuai
dengan keadaan zaman.
2. Medan Tugas Ilmu Kateketik
Dibawah ini ada 4 macam medan tugas ilmu
kateketik AL:
Ilmu Kateketik membahas seluruh permasalahan yang berhubungan dengan inisiasi Kristen. Artinya sebagai ilmu, Kateketik memberi tuntutan untuk menyiapkan suatu katekese demi terciptanya orang Kristen sejati dan dewasa di masa mendatang baik itu kepada anak-anak, kaum muda, remaja, orang dewasa, dan golongan tua.
Ilmu Kateketik menyusup ke semua tempat di mana pewartaan iman dan pendidikan Kristen dimungkinkan.
Ilmu Kateketik memberi bimbingan dan menunjuk cara yang efektif untuk pengajaran agama di sekolah-sekolah.
Ilmu Kateketik tidak saja menangani masalah yang berhubungan dengan pengajaran seperti dogmatis, biblis, moral, dan liturgis demi pendewasaan umat beriman, tetapi juga termasuk tugas mendidik umat beriman dalam keseharian mereka misalnya: berdoa, menerima sakramen, dan juga berbakti dalam kepentingan umum.
Ilmu Kateketik membahas seluruh permasalahan yang berhubungan dengan inisiasi Kristen. Artinya sebagai ilmu, Kateketik memberi tuntutan untuk menyiapkan suatu katekese demi terciptanya orang Kristen sejati dan dewasa di masa mendatang baik itu kepada anak-anak, kaum muda, remaja, orang dewasa, dan golongan tua.
Ilmu Kateketik menyusup ke semua tempat di mana pewartaan iman dan pendidikan Kristen dimungkinkan.
Ilmu Kateketik memberi bimbingan dan menunjuk cara yang efektif untuk pengajaran agama di sekolah-sekolah.
Ilmu Kateketik tidak saja menangani masalah yang berhubungan dengan pengajaran seperti dogmatis, biblis, moral, dan liturgis demi pendewasaan umat beriman, tetapi juga termasuk tugas mendidik umat beriman dalam keseharian mereka misalnya: berdoa, menerima sakramen, dan juga berbakti dalam kepentingan umum.
3. Keterkaitan Kateketik dengan Ilmu-ilmu
Lain
Kateketik mempunyai kaitan dengan ilmu lain
yakni:
Antara Kateketik dan ilmu moral, tidak disangkal bahwa bina moral adalah suatu tugas dari ilmu pendidikan agama. Menurut Frattalone Ilmu Kateketik melakukan dialog intidisipliner dengan ilmu moral bila secara kritis merefleksikan isi bina iman.
Kaitan antara Kateketik dan Pastoral Kaum Muda sangat erat. Katekese menduduki tempat menetap dalam pastoral kaum muda.
Kaitan antara Kateketik dan teologi, dijelaskan oleh Romo Hardawirjana dimana katekese memerlukan teologi dalam pengolahan iman yang kita miliki.
Menurut Alberich mengemukakan bahwa kateketik sebagai sebuah refleksi ilmiah atas pembinaan iman termasuk bagian dari teologi pastoral atau teologi praktika; dan sebagai refleksi ilmiah atas pendidikan iman termasuk bagian ilmu pedagogi keagamaan.
Antara Kateketik dan ilmu moral, tidak disangkal bahwa bina moral adalah suatu tugas dari ilmu pendidikan agama. Menurut Frattalone Ilmu Kateketik melakukan dialog intidisipliner dengan ilmu moral bila secara kritis merefleksikan isi bina iman.
Kaitan antara Kateketik dan Pastoral Kaum Muda sangat erat. Katekese menduduki tempat menetap dalam pastoral kaum muda.
Kaitan antara Kateketik dan teologi, dijelaskan oleh Romo Hardawirjana dimana katekese memerlukan teologi dalam pengolahan iman yang kita miliki.
Menurut Alberich mengemukakan bahwa kateketik sebagai sebuah refleksi ilmiah atas pembinaan iman termasuk bagian dari teologi pastoral atau teologi praktika; dan sebagai refleksi ilmiah atas pendidikan iman termasuk bagian ilmu pedagogi keagamaan.
4.Obyek Formal dan Material Ilmu Kateketik
Obyek formal Ilmu Kateketik adalah
Pengkomunikasian dan pendidikan iman. Sedangkan Obyek material ilmu Kateketik
adalah jemaat Kristen/jemaat beriman. Untuk menangani obyek formal ini, secara
ringkas hendak disebutkan 3 jenis pelayanan ilmu Kateketik, yakni:
1)Mendayagunakan lembaga ilmiah: lewat lembaganya, ilmu Kateketik membahas secara teratur dan sistematis keseluruhan praktek berkatekese, dan berupaya menggumulinya seturut prinsip-prinsip dasar yang dianutnya.
2)Mengkaji teori-teori katekese:Secara khusus ilmu Kateketik bergumul dengan teori-teori katekese untuk menerangkan secara teratur dan sistematis teori yang pernah ada dan yang sedang dipergunakan termasuk teori katekese untuk kelompok kategorial seperti katekese anak-anak, pelajaran agama di sekolah dan lain-lain.
3)Melakukan intervensi: Intervensi adalah konkretisasi teori yang hendak dipraktekkan. Pada waktu yang bersamaan, ilmu kateketik menjadi wadah untuk menguji coba suatu teori. Operasionalisasi intervensi terdiri dari: memahami problem-problem yang riil ada dan menganalisisnya, mengemukakan saran-saran dari satu pihak menjelaskan penyebab masalah dan pihak lain menunjuk arah untuk mengatasi problem konkret.
1)Mendayagunakan lembaga ilmiah: lewat lembaganya, ilmu Kateketik membahas secara teratur dan sistematis keseluruhan praktek berkatekese, dan berupaya menggumulinya seturut prinsip-prinsip dasar yang dianutnya.
2)Mengkaji teori-teori katekese:Secara khusus ilmu Kateketik bergumul dengan teori-teori katekese untuk menerangkan secara teratur dan sistematis teori yang pernah ada dan yang sedang dipergunakan termasuk teori katekese untuk kelompok kategorial seperti katekese anak-anak, pelajaran agama di sekolah dan lain-lain.
3)Melakukan intervensi: Intervensi adalah konkretisasi teori yang hendak dipraktekkan. Pada waktu yang bersamaan, ilmu kateketik menjadi wadah untuk menguji coba suatu teori. Operasionalisasi intervensi terdiri dari: memahami problem-problem yang riil ada dan menganalisisnya, mengemukakan saran-saran dari satu pihak menjelaskan penyebab masalah dan pihak lain menunjuk arah untuk mengatasi problem konkret.
5.Metode Penelitian Ilmu Kateketik
Problem metode dalam penelitian kateketik
bersifat kompleks dan dapat menyebabkan berbagai kesulitan bagi mereka yang
baru menekuninya. Umumnya dapat dikatakan bahwa metode penelitian ilmu
Kateketik sangat dibatasi oleh problem karakteristik, yang hendak diatasi atas
cara sientifik dan operatif.
Metode penelitian Kateketik diupayakan dengan cara sebagai berikut:
1)Memanfaatkan ilmu teologi dan pedagogi (ilmu pendidikan): sekalipun isi katekese tidak datang dari teologi tetapi dari tradisi Kristen, namun ilmu Kateketik sangat membutuhkan hasil refleksi dan kajian ilmu teologi.
2)Metode yang diintegrasikan
3)Metode yang kurang tepat: Sinkretisme yakni proses pengambilan hasil-hasil ilmi-ilmu gerejawi dan profan tanpa suatu kriteria dan norma. Deduktivisme yakni kecenderungan untuk meyakini bahwa dari teologi kita dapat menarik dengan mudah suatu teori dan model bagi sebuah katekese otentik atau menganggap katekese sebagai sebuah teologi mini. Instrumentalisasi ilmu-ilmu human yakni metode yang sesat karena membatasi pada teologi saja sehingga prosesnya merugikan ilmu Kateketik dan katekese sendiri. Kesesatan kerap terjadi karena instrumentalisasi ilmu teologi dan pedagogi.
Metode penelitian Kateketik diupayakan dengan cara sebagai berikut:
1)Memanfaatkan ilmu teologi dan pedagogi (ilmu pendidikan): sekalipun isi katekese tidak datang dari teologi tetapi dari tradisi Kristen, namun ilmu Kateketik sangat membutuhkan hasil refleksi dan kajian ilmu teologi.
2)Metode yang diintegrasikan
3)Metode yang kurang tepat: Sinkretisme yakni proses pengambilan hasil-hasil ilmi-ilmu gerejawi dan profan tanpa suatu kriteria dan norma. Deduktivisme yakni kecenderungan untuk meyakini bahwa dari teologi kita dapat menarik dengan mudah suatu teori dan model bagi sebuah katekese otentik atau menganggap katekese sebagai sebuah teologi mini. Instrumentalisasi ilmu-ilmu human yakni metode yang sesat karena membatasi pada teologi saja sehingga prosesnya merugikan ilmu Kateketik dan katekese sendiri. Kesesatan kerap terjadi karena instrumentalisasi ilmu teologi dan pedagogi.
6. Bidang Kajian Ilmu Kateketik
Di bidang keilmuan, bagi ilmu Kateketik
tersedia lahan luas, yang sarat materi spesifik untuk dikaji AL:
1)Kateketik Umum: metode katekese, sarana, tujuan, dan subyek.
2)Kateketik yang menggekuti isi pewartaan: katekese moral, dan katekese liturgis.
3)Kateketik yang mengembangkan katekese audio-visual.
4)Kateketik yang memikirkan pendayagunaan perangkat pembinaan iman dalam Gereja.
5)Kateketik yang berkecimpung dalam hal penyusunan bahan pembinaan seturut situasi khusus, seperti pelajaran agama di sekolah.
6)Kateketik yang mengolah bahan pembinaan seturut tingkat umur, seperti katekese remaja, anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa.
7)Kateketik yang berkecimpung dalam hal evaluasi dan eksperimen untuk katekese umat dan katekese sekolah.
1)Kateketik Umum: metode katekese, sarana, tujuan, dan subyek.
2)Kateketik yang menggekuti isi pewartaan: katekese moral, dan katekese liturgis.
3)Kateketik yang mengembangkan katekese audio-visual.
4)Kateketik yang memikirkan pendayagunaan perangkat pembinaan iman dalam Gereja.
5)Kateketik yang berkecimpung dalam hal penyusunan bahan pembinaan seturut situasi khusus, seperti pelajaran agama di sekolah.
6)Kateketik yang mengolah bahan pembinaan seturut tingkat umur, seperti katekese remaja, anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa.
7)Kateketik yang berkecimpung dalam hal evaluasi dan eksperimen untuk katekese umat dan katekese sekolah.
TUGAS DAN PERANAN KATEKESE
Di bawah ini ada beberapa tugas dan peranan
katekese yaitu:
1)Menyuburkan semangat pertobatan
2)Meneguhkan iman orang Kristen
3)Mendampingi dinamika pertumbuhan iman
1)Menyuburkan semangat pertobatan
2)Meneguhkan iman orang Kristen
3)Mendampingi dinamika pertumbuhan iman
AGAMA DAN PENGERTIANNYA
Agama, bangsa kita, Indonesia, adalah sesuatu
yang sangat vital. Sila pertama falsafah hidup negara kita mengisyaratkan bahwa
seluruh rakyat Indonesia adalah manusia beragama. Setiap warga tergolongkan
dalam salah satu agama yang diakui secararesmi di Tanah Air. Agama adalah
sebuah kata yang berasal dari bahasa Sakskerta. Dari analisis linguistiknya ada
dua jenis penjelasan:
1.Keterangan menurut Kitab Samdarigama: Kata ”agama” terdiri dari suku kata a-ga-ma : a sebagai awalan berarti ”tidak”; gam berarti pergi atau berjalan;
a sebagai akhiran menunjuk sifat. Jadi secara etimologis, agama menunjuk pada arti ”keadaan tidak pergi”, ”tetap dan kekal”. Agama dipahami sebagai pedoman menuju kekekalan.
2.Keterangan menurut kitab Sunarigama: Kata agama terdiri dari suku kata a-ga-ma berarti terang, matahari. Arti dari paduan kata itu tidak jelas,namun ditafsirkan sebagai ”pengajaran yang menguraikan tata cara yang semuanya penuh misteri karena Tuhan dianggap bersifat rahasia”.
1.Keterangan menurut Kitab Samdarigama: Kata ”agama” terdiri dari suku kata a-ga-ma : a sebagai awalan berarti ”tidak”; gam berarti pergi atau berjalan;
a sebagai akhiran menunjuk sifat. Jadi secara etimologis, agama menunjuk pada arti ”keadaan tidak pergi”, ”tetap dan kekal”. Agama dipahami sebagai pedoman menuju kekekalan.
2.Keterangan menurut kitab Sunarigama: Kata agama terdiri dari suku kata a-ga-ma berarti terang, matahari. Arti dari paduan kata itu tidak jelas,namun ditafsirkan sebagai ”pengajaran yang menguraikan tata cara yang semuanya penuh misteri karena Tuhan dianggap bersifat rahasia”.
ASPEK UTAMA PENGAJARAN AGAMA
Ada lima aspek yang menjadi dasar untuk
membimbing secara efektif para peserta menuju kematangan hidup sebagai seorang
Kristen:
1)Keakraban Guru Agama dengan Pastor Paroki
2)Persiapan Pelajaran
3)Waktu yang sesuai
4)Pembaruan diri (membuat jadi efektif)
5)Penguasaan Metode-metode Baru.
1)Keakraban Guru Agama dengan Pastor Paroki
2)Persiapan Pelajaran
3)Waktu yang sesuai
4)Pembaruan diri (membuat jadi efektif)
5)Penguasaan Metode-metode Baru.
METODE PENGAJARAN AGAMA
Ada beberapa macam metode pengajaran agama
yakni:
1)Metode Penjelasan atau Metode Katekismus
2)Metode Penjelasan Pokok Pikiran
3)Metode Munchen (memberi arti, perhatian dan kesatuan pelajaran)
4)Metode Aktif
5)Metode Menggali Pengalaman
6)Metode Sower (sesuai daya tangkap dan minat)
7)Metode Shields (tidak memaksa, sesuai dengan kebutuhan)
8)Metode Induktif dan Deduktif
9)Metode Naratif-Eksperiensial :cerita-cerita, sesuai nilai religius, moral, sosial lain-lain.
10)Metode Dialog Partisipatif
1)Metode Penjelasan atau Metode Katekismus
2)Metode Penjelasan Pokok Pikiran
3)Metode Munchen (memberi arti, perhatian dan kesatuan pelajaran)
4)Metode Aktif
5)Metode Menggali Pengalaman
6)Metode Sower (sesuai daya tangkap dan minat)
7)Metode Shields (tidak memaksa, sesuai dengan kebutuhan)
8)Metode Induktif dan Deduktif
9)Metode Naratif-Eksperiensial :cerita-cerita, sesuai nilai religius, moral, sosial lain-lain.
10)Metode Dialog Partisipatif
PRAKTEK MENGAJAR AGAMA DALAM KELOMPOK
Praktek mengajar agama dalam kelompok yang
terdiri dari:
1)Tujuan Praktek
2)Nilai-nilai
3)Koreksi
4)Kesan
5)Rangkuman dan saran
1)Tujuan Praktek
2)Nilai-nilai
3)Koreksi
4)Kesan
5)Rangkuman dan saran
KATEKIS SEKOLAH
Menjealang fungsi sebagai katekis atau guru
agama di sekolah merupakan salah satu jalur perwujudan panggilan dan fungsi
para imam sebagai alter Crhistus dalam masanya yakni:
1)Imam sebagai Katekis Sekolah
2)Katekis mempunyai tugas mulia (mendidik anak untuk menjadi baik)
3)Spiritualitas Katekese-Guru Agama (lebih kepada cinta, dan kasih)
1)Imam sebagai Katekis Sekolah
2)Katekis mempunyai tugas mulia (mendidik anak untuk menjadi baik)
3)Spiritualitas Katekese-Guru Agama (lebih kepada cinta, dan kasih)
Sumber Bahan:
1. Marianus Telambanua, OFMCap, Ilmu Kateketik Identitas, Metode, dan
Peserta Katekese Gerejawi, Sinasak Pematangsiantar, 1997
2. Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik, Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan
Katekese), Seri Dokumenteasi Gerejawi, Jakarta: Dokpen KWI, 1992
3. AP Budiyanto Hd (editor), Bunga Rampai Katekese, Dikeluarkan oleh
Sekolah Tinggi Pastoral, filial STP “IPI Malang” di Surakarta, 2009
4. Yosep Lalu, Pr, Katekese Umat, Komisi Kateketik KWI, Jakarta 2007
5. J.S. Setyokaryono, SJ, Arah Katakese di Indonesia dari Tahun
1976-1996, Puskat Yogyakarta, 1997
6. Y. Gowing B, Pr., Katekese Umat dan Analisa Sosial, 1993
7. Y. Gowing B, Pr., Memebekali dan Melatih Fasilitator KU, Gita Kasih Kupang, 2008
8. KWI, Iman
Katolik, Buku Informasi dan Refrensi, Kanisius Jogyakarta dan Obor,
Jakarta, 1996
9. YB, Banawiratmo, SJ, Kemiskinan dan Pembebasan, Kanisius Jogya, 1987
10. Th. Hubert Sj, Katekese Umat Hasil PKKI II, Kanisius, Jogyyakakarta, 1981
11. Komkat KWI, Model-Model KU dengan Metode Ansos, Komkat KWI, Jakarta 1996
12. Komkat KWI, KU dan Evangelisasi Baru, Kanisius, Jogykarta, 1995
13. Papo Yakop Drs, Memantapkan Wawasan Dan Keterampilan Para Penggerak Katekese, Pusat
Pastoral KAE, 1998
14. Intan Saksi Pius X, Drs, Katekese Umat, IPI Malang, 2000
terima kasih. ini hal yang baru bagi saya untuk membantu saya dalam memahami apa yang saya tidak pahami. ini sangat membantu saya.
BalasHapus